REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW menyebutkan sejumlah keutamaan membaca Alquran. Salah satunya, membaca Alquran dan saling mengajarkannya yang akan mendapat cucuran rahmat.
Dalam sebuah hadits disebutkan:
عَن اَبيِ هُرَيَرةَ رَضَيِ اللٌهُ عَنهُ أنَ رَسُولَ اللٌهِ صَلَيِ اللٌهٌ عَلَيهِ وَسَلَم قَالَ مَا اجٌتَمَعَ قَومُ فيِ بَيتٍ مِن بُيُوتِ اللٌهِ يَتلُونَ كتَابَ اللٌهِ وَيَتَدَا رَسُونَه فِيمَا بَيْنَهُم إلا نَزَلتْ عليْهمُ السَكِينَةُ وَغَشِيتهُمُ الرَّحمةُ وَحَفَتهمُ الملآئكةُ وَذَكَرَهُمُ اللٌهُ فِيمَن عِندَهُ. (رواه مسلم وابو داوود)
Dari Abu Hurairah RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca kitab Allah dan saling mengajarkannya di antara mereka, melainkan diturunkan ke atas mereka sakinah, rahmat menyirami mereka, para malaikat mengerumuni mereka, dan Allah SWT menyebut-nyebut mereka di kalangan (malaikat) yang ada di sisinya.” (HR Muslim dan Abu Dawud).
Menurut Maulana Zakariyya Al Khandahlawi dalam kitabnya yang berjudul Fadhilah Amal, hadits ini menerangkan keutamaan khusus madrasah-madrasah dan pondok pesantren yang memiliki berbagai kemuliaan. Setiap kemuliaan itu memiliki derajat sangat tinggi sehingga jika seseorang menghabiskan umurnya untuk mendapatkan suatu kemuliaan saja, itu pun masih murah dan sangat banyak nikmat yang diperolehnya. Khususnya keutamaan terakhir, yaitu akan disebut-sebut di majelis Allah. Disebutnya nama kita di majelis Kekasih kita merupakan nikmat yang tidak bisa dibandingkan dengan apa pun.
Mengenai turunnya sakinah telah banyak disebutkan dalam berbagai riwayat. Ulama hadits telah banyak menjelaskan penafsirannya, tetapi tidak ada pertentangan di antara perbedaan mereka, bahkan jika disatukan, akan memiliki maksud yang sama.
Ali RA menafsirkan sakinah adalah sejenis udara khusus yang mempunyai wajah manusia. Suji rah.a. berpendapat bahwa sakinah adalah nama sejenis mangkuk di surga yang terbuat dari emas yang digunakan untuk mencuci hati para Nabi.
Sebagian ulama mengatakan bahwa sakinah adalah suatu rahmat khusus. Thabrani rah.a. mendukung pendapat yang mengatakan bahwa sakinah adalah ketenangan hati. Sebagian lagi menafsirkan sakinah sebagai kedamaian. Pendapat lain menyebutkan sakinah sebagai kewibawaan. Yang lainnya lagi menafsirkan sakinah adalah malaikat. Selain itu, masih banyak penafsiran lainnya.
Hafizh Ibnu Hajar rah.a. menulis dalam Fathul-Bari bahwa arti sakinah mencakup semua yang telah disebutkan di atas. Imam Nawawi rah.a menafsirkan bahwa sakinah adalah gabungan antara ketenangan, rahmat, dan lain-lainnya, yang diturunkan bersama malaikat.
Allah SWT berfirman:
“Maka Allah menurunkan sakinah-Nya ke atasnya.” (QS at-Taubah [9]:40).
Dalam ayat yang lain disebutkan:
“Dialah yang menurunkan sakinah ke dalam hati orang-orang yang beriman.” (QS al-Fath [48]:4)
“…Di dalamnya terdapat ketenangan dari Rabbmu…” (QA al-Baqarah [2]:248)
Menurut Maulana Zakariyya, ternyata banyak sekali ayat Alquran dan hadits yang menyebutkan kabar gembira itu. Diriwayatkan dalam kitab Ihya bahwa Ibnu Tsauban RA pernah berjanji kepada saudaranya bahwa ia akan berbuka shaum bersama, tetapi ternyata ia baru tiba keesokan paginya.
Ketika saudaranya menanyakan penyebab keterlambatannya, Ibnu Tsauban menjawab, “Seandainya bukan karena janjiku kepadamu, tentu aku tidak akan membuka rahasia keterlambatanku ini. Kejadiannya adalah sebagai berikut. Tanpa disengaja aku telah terlambat hingga waktu Isya. Setelah shalat Isya aku merasa bahwa aku harus shalat witir karena aku tidak tenang jika kematian datang pada malam itu dan hal itu akan menjadi sisa tanggung jawabku. Ketika aku sedang membaca do’a qunut, terlihat olehku sebuah taman surga hijau yang dipenuhi berbagai jenis bunga. Demikian asyiknya aku memandang taman itu sehingga tanpa terasa tibalah waktu subuh.”
Menurut Maulana Zakariyya, kisah seperti di atas juga telah banyak terjadi pada alim ulama kita dahulu. Namun, hal itu akan diperoleh jika telah terputus hubungan dengan segala sesuatu kecuali dengan Allah semata serta dengan bertawajuh secara sempurna kepada-Nya.
Mengenai ‘malaikat yang datang mengelilingi’, banyak riwayat yang menjelaskan hal itu. Demikian juga mengenai kisah Usaid bin Hudhair RA telah banyak dijelaskan dalam kitab-kitab hadits, yaitu ketika ia sedang membaca Alquran, ia merasa ada segumpal awan mendekatinya.
Ketika hal itu ditanyakan kepada Nabi SAW, beliau bersabda, “Itu adalah para malaikat yang datang untuk mendengarkan bacaan Alquran. Begitu banyak malaikat yang datang sehingga terlihat seperti kumpulan awan.”
Suatu ketika, seorang sahabat merasakan ada awan yang mengiringinya maka Rasulullah SAW bersabda, “Itu adalah sakinah,” yaitu rahmat yang diturunkan karena bacaan Alquran.
Dalam Shahih Muslim, hadits ini diriwayatkan dengan lebih jelas lagi. Kiamat terakhir dari hadits tersebut adalah:
“Siapa yang karena kemaksiatannya menjauhkan ia dari rahmat Allah maka kemuliaan keturunannya tidak dapat mendekatkan dirinya kepada rahmat Allah.”
Orang yang mulia nasabnya tetapi sering berbuat dosa dan maksiat tidak dapat disamakan di hadapan Allah dengan orang yang hina nasabnya tetapi bertakwa kepada Allah. Alquran menyebutkan:
‘….Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa…” (QS al-Hujarat [49]:13)