REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mewanti-wanti jajarannya untuk memastikan pasokan dalam negeri tetap aman. Pasalnya, penyebaran virus corona (Covid-19) telah menyetop nyaris seluruh aktivitas perindustrian di China daratan. Berhentinya industri di sana juga berimbas pada sulitnya industri di Indonesia memperoleh bahan baku.
"Di sana terganggu suplai, artinya di sini kalau kita nggak memberikan kelonggaran juga terganggu. Kalau terganggu, artinya harga pasti naik. Kalau harga naik larinya nanti inflasi naik," kata Jokowi dalam pembukaan raker Kementerian Perdagangan di Istana Negara, Rabu (4/3).
Jokowi mengingatkan bahwa penyebaran virus corona secara global telah 'merusak' rantai permintaan dan suplai serta produksi barang. Apalagi Indonesia yang industri dalam negerinya masih sangat bergantung pada pasokan bahan baku asal China. Jokowi memberi contoh, komponen elektronik asal China saja diimpor dengan nilai total 10 miliar dolar AS.
"Itu barang itu aja. Itu sudah 50 persen impor indonesia ada di situ," kata Jokowi. Kondisi itu membuat pemerintah Indonesia harus responsif dengan memperlonggar masuknya barang impor bahan baku. Jangan sampai, ujar presiden, produsen asal China semakin kesulitan mengirim barangnya ke Indonesia. Salah satu fokus utama pemerintah saat ini, menurut Jokowi, adalah menjaga pasokan dalam negeri dan menjaga angka inflasi rendah yang selama ini sudah berhasil diraih.
"Ini yang sudah kita jaga 5 tahun. Berpuluh tahun inflasi di atas 8 di atas 9 (persen). Kita sudah bisa menjaga pada posisi 3 persen selama 5 tahun ini. Jangan sampai terganggu gara-gara hal seperti ini," kata Presiden.
Jokowi pun sempat menyinggung betapa vitalnya pengaruh produk impor terhadap inflasi. Dia menyebut, prosedur impor bawang putih yang rumit juga menyumbang angka inflasi yang cukup tinggi. "Harus ada relaksasi impor baik baik tarif maupun non tarif. Lihat betul. Itu yang kita butuhkan sekarang ini," ujarnya.
Presiden juga memerintahkan Kementerian Perdagangan memastikan suplai untuk barang konsumsi dalam kondisi aman. Apalagi bulan puasa tiba tak sampai dua bulan lagi. "Urusan bawang putih, daging, gula jangan sampai membuat masyarakat khawatir. Sudah khawatir karena corona, khawatir lagi karena suplai barang gak ada. Berbahaya. Tolong feeling, rasa ini, respons ini. Sekali lagi jangan rutinitas," katanya.
Per Februari 2020, lonjakan inflasi belum terjadi. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan laju inflasi sepanjang Februari 2020 sebesar 0,28 persen. Laju inflasi mengalami penurunan dari posisi Januari 2020 yang sempat mencapai 0,39 persen. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Badan Pusat Statistik, Yunita Rusanti mengatakan, dengan capaian inflasi tersebut maka inflasi secara tahun kalender (Januari-Februari 2020) sebesar 0,66 persen sedangkan inflasi tahun ke tahun mencapai 2,98 persen.