Rabu 04 Mar 2020 13:05 WIB

Donald Trump dan Pendiri Taliban Bahas Kesepakatan Damai

Trump dan pendiri Taliban melakukan pembicaraan via telepon.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
President Amerika Serikat, Donald Trump
Foto: AP
President Amerika Serikat, Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menjalin percakapan via telepon dengan kepala negosiator Taliban Mullah Baradar pada Selasa (3/3). Itu merupakan pembicaraan pertama pemimpin AS dengan pejabat tinggi Taliban.

Baca Juga

Pembicaraan antara Trump dan Baradar berlangsung selama 35 menit. Trump mengaku percakapannya dengan Baradar berjalan lancar. "Kami melakukan pembicaraan yang sangat baik dengan pemimpin Taliban hari ini," ungkap Trump saat memberikan keterangan kepada awak media.

Trump mengatakan hubungannya dengan Baradar cukup baik. Namun dia menolak menjawab pertanyaan apakah percakapan via telepon dengan salah satu pendiri Taliban itu merupakan yang pertama kalinya.

Menurut juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid, Baradar dan Trump turut membahas tentang implementasi kesepakatan damai yang ditandatangani kedua belah pihak pada 29 Februari lalu. Terkait hal itu, disinggung perihal keengganan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani membebaskan 5.000 tahanan Taliban.

Hal itu memang turut tercantum dalam kesepakatan. "Baradar menyampaikan pada Trump, 'ini adalah hak yang melekat dari Afghanistan bahwa semua poin dari perjanjian ini dilaksanakan sesegera mungkin sehingga perdamaian dapat datang ke Afghanistan," kata Mujahid.

Menurut dia, Baradar cukup menegaskan hal tersebut kepada Trump. "Jangan biarkan siapa pun bertindak menentang perjanjian yang ditandatangani dan membuat Anda tetap terlibat dalam perang yang berkepanjangan," ujarnya.

Trump disebut telah meminta Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo berbicara dengan Ghani. "Sehingga hambatan terhadap pembicaraan inter-Afghanistan dapat dihilangkan;" ucap Mujahid.

Dalam perjanjian damai yang disepakati AS dan Taliban, diatur tentang penarikan pasukan AS, termasuk NATO, dari Afghanistan. AS, yang selama ini menjadi sekutu Pemerintah Afghanistan dalam memerangi Taliban, memiliki 14 ribu personel militer di negara tersebut.

Sementara NATO menempatkan 17 ribu pasukan. Seluruh pasukan tersebut harus meninggalkan Afghanistan dalam tempo 14 bulan. Selain penarikan pasukan asing, perjanjian damai juga mengatur tentang pembebasan ribuan tahanan Taliban.

Namun poin itu ditolak Ashraf Ghani. Menurut dia, pembebasan tahanan Taliban harus dinegosiasikan. Taliban berkukuh pembicaraan hanya dapat dilakukan setelah para tahanan tersebut dibebaskan.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement