REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Namun jika ditelisik lebih jauh, sebenarnya Kesultanan Ottaman mulai melemah sepeninggal Sultan Sulaiman The Magnificent. Sebab, para sultan penerusnya lemah dan tidak berwibawa. Kemudian ditambah dengan gaya hidup para abdi dalem istana yang glamor dan banyak terjadi penyelewengan keuangan atau korupsi.
Puncaknya, pada masa kepemimpinan Sultan Ibrahim (1640-1648), dikala permaisuri dan keluarganya turut dalam mengendalikan roda pemerintahan. Bahkan, Sultan Ibrahim yang lemah dijadikan boneka oleh wazirnya atau perdana menterinya bernama Mustafa.
Pada masa kepemimpinan Sultan Hamid II (1876-1909), pemerintahan bersifat absolut dan penuh kekerasan. Sehingga muncullah gerakan-gerakan oposisi terhadap pemerintahan Sultan Abdul Hamid II.
Salah satunya adalah Gerakan Turki Muda dengan pelopornya, antara lain, Ahmad Riza (1859-1931), Muhammad Murad (1853-1912), dan Pangeran Sahabuddin (1877-1948). Tujuan pokok gerakan ini adalah meletakkan dasar yang tepat bagi kebangkitan dalam negeri serta meletakkan strategi yang baik untuk membendung campur tangan asing dan kekalahan Turki Utsmani dari serangan musuh.
Pada 1876 Masehi Gerakan Turki Muda dengan ideologi liberal berhasil memaksa Sultan Abdul Hamid II menerima Konstitusi 1876, sebuah konstitusi sekuler. Pada 13 April 1909 Sultan Abdul Hamid II diturunkan dan Muhammad Risyad menggantikannya sebagai khalifah.
Namun, ia tidak berkuasa penuh karena pemerintahannya dibawah perintah Gerakan Turki Muda. Pada 1914 Turki Utsmani yang bersekutu dengan Jerman terseret Perang Dunia Pertama yang berakhir dengan kekalahan.
Pada 1920, Mustafa Kemal yang juga berasal dari Gerakan Turki Muda membentuk dan memimpin Majelis Nasional Agung Turki yang berpusat di Ankara, Turki. Kemudian pada 1922 Sultan Mehmet VI Vahdettin dijatuhkan dan mengangkat Abdul Majid II menjadi Khalifah.
Hanya saja sebenarnya, Sultan Abdul Majid ini hanya khalifah boneka yang sama sekali tidak memiliki kekuasaaan. Puncaknya, badan legislatif membubarkan Khilafah Islamiyah 3 Maret 1924. Mustafa Kemal pun diangkat menjadi Presiden Turki dan juga tanda lahirnya Republik Turki.