Rabu 04 Mar 2020 17:53 WIB

BPKH Cari Sukuk Korporasi Prospektif

BPKH masih mengandalkan surat berharga syariah dalam portofolio investasinya.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolandha
Ilustrasi Investasi
Foto: Mgrol101
Ilustrasi Investasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) masih mengandalkan surat berharga syariah dalam portofolio investasinya. Anggota Badan Pelaksana BPKH bidang Investasi Benny Witjaksono menyampaikan penempatan mayoritas masih di surat berharga negara karena sukuk korporasi masih sangat sedikit.

"Kami masih andalkan SBSN karena sukuk corporate itu portofolionya kecil," kata dia saat ditemui di Kementerian Agama, Jakarta, Rabu (4/3).

Baca Juga

Benny mengatakan BPKH sangat ingin memperbesar portofolio sukuk korporasi, namun tidak banyak perusahaan yang mengeluarkan sukuk di Indonesia. Perusahaan yang keluarkan sukuk pun itu-itu saja dengan nilai yang sedikit.

Misal, sebuah perusahaan hanya menawarkan sukuk sebesar Rp 1 triliun, sehingga BPKH hanya bisa beli sebesar Rp 500 miliar. Benny mengatakan jumlah tersebut terlalu sedikit bagi BPKH.

"Nggak nendang, padahal kita punya approval Rp 8,5 triliun untuk surat berharga, tapi mau beli apa? nggak ada barangnya," katanya.

Portofolio investasi di surat berharga sendiri sudah mencapai sekitar Rp 70 triliun dan akan terus ditambah. Surat berharga juga menjadi andalan karena paling tinggi prospek imbal hasilnya.

Benny mengatakan BPKH tidak masalah jika membeli sukuk dari luar negeri, namun tidak ada yang punya imbal hasil semenarik Indonesia. BPKH punya target untuk mencapai nilai manfaat investasi setinggi mungkin.

Ketua BPKH, Anggito Abimanyu menyampaikan tahun ini target nilai manfaat sebesar Rp 8 triliun, naik dari Rp 7,2 triliun tahun lalu. Portofolio yang paling diincar adalah surat berharga dan investasi langsung.

"Umumnya dari investasi dalam negeri, sebagian besar dalam negeri," katanya.

Investasi Lainnya punya porsi sekitar 10 persen. Sementara Penempatan di bank menempati porsi 30 persen. Sebesar lima persen investasi ditempatkan di emas. Investasi langsung baik dalam maupun luar negeri sebesar 20 persen dan sisanya di Surat Berharga.

Tahun ini, porsi penempatan di bank berkurang menjadi 30 persen. Namun Anggito menyampaikan volumenya tetap naik dan jumlah dana kelolaannya lebih tinggi. Sehingga ia berharap tidak ada masalah. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement