REPUBLIKA.CO.ID, Salwa mungkin tak akan lagi bermain tebak-tebakan dengan ayahnya, Abdullah Mohammed, saat kampung halamannya di Idlib, Suriah, dibombardir bom. Mereka telah dievakuasi ke kamp pengungsi di Reyhanali di selatan Turki.
Menurut laporan Anadolu Agency, mereka melintas ke Turki pada 25 Februari. Salwa dan ayahnya masuk ke Turki lewat gerbang perbatasan Cilvegozu.
Video Salwa, yang masih berusia tiga tahun, sempat viral di media sosial. Dalam video itu Abdullah Mohammed bermain tebak-tebakan dengan putrinya saat serangan udara terjadi di Idlib.
"Ini jet atau bom?" kata Abdullah pada Salwa dengan wajah riang. Dengan raut semringah Salwa menjawab, "bom". Tak lama kemudian dentuman bom pun terdengar.
Saat itu pula Salwa seketika terbahak. Pemandangan tersebut memang agak ganjil mengingat mereka tinggal di zona perang. Namun yang pasti Abdullah berhasil mengubah peristiwa mencekam menjadi momen untuk menghibur putrinya.
Abdullah mengungkapkan, dua tahun lalu, tepatnya saat Idul Fitri, anak-anak di lingkungan rumahnya bermain kembang api dan petasan. Kala itu, seorang anak meledakkan petasan berukuran besar.
Saat meledak, Salwa langsung merasa ketakutan. "Jadi saya segera membawa dia menjauh dan ke balkon. Saya memberi tahunya untuk tidak takut. Ini hanya anak-anak yang bermain petasan, ini Idul Fitri," kata Abdullah kepada Salwa kala itu.
Abdullah kemudian meminta seorang anak kembali menyalakan satu petasan. Salwa memperhatikannya. Saat petasan meledak dan anak-anak di lingkungannya melonjak kegirangan, Salwa ikut tertawa.
Dua hari setelah momen tersebut, Idlib dihantam serangan udara. Abdullah segera memberi tahu Salwa untuk tidak takut. "Ini hanya anak-anak memasang petasan," kata Abdullah pada putrinya.
Namun dalam sebuah video yang dipublikasikan BBC, Salwa sudah menyadari bahwa ledakan-ledakan yang biasa didengarnya adalah bom. "Pesawat-pesawat melakukan serangan ke sekitar kami dan kami melihat," kata Salwa.
Jurnalis yang mewawancarainya kemudian bertanya apa yang terjadi setelah serangan itu. "Tak ada yang terjadi, kami melihat ia menghantam. Itu sangat, sangat kuat. Saya mulai menangis dan tertawa," ucapnya.
Meskipun Salwa telah mengetahui bahwa ledakan-ledakan yang biasa didengarnya adalah bom, Abdullah berusaha tetap tenang setiap kali serangan udara terjadi. Sebab jika dia dan istrinya terlihat cemas, Salwa pasti akan ikut merasakan perasaan demikian.
Abdullah mengaku, cukup bahagia bisa mengungsi ke Turki. Sebab Salwa akan memiliki kesempatan untuk bersekolah. "Saya harap konflik di Suriah segera berakhir dan saya bisa kembali," ujarnya.
Sejak Desember tahun lalu, sekitar 900 ribu warga Idlib telah mengungsi. Gelombang pengungsi kian besar seiring dengan kian masifnya serangan yang dilancarkan pasukan Suriah dan sekutunya Rusia.
Idlib merupakan satu-satunya wilayah yang masih dikuasai kelompok oposisi bersenjata. Menurut PBB kondisi para pengungsi yang datang dari Idlib sangat mencemaskan. PBB bahkan menyebut bahwa bencana kemanusiaan sedang berlangsung di sana.