Rabu 04 Mar 2020 21:51 WIB

Corona Mewabah, Ekspor Teh India Terancam

Virus corona atau Covid-19 berdampak luas tak terkecuali ekspor teh dari India.

Rep: Nugroho Habibi/ Red: Nora Azizah
Virus corona atau Covid-19 berdampak luas tak terkecuali ekspor teh dari India (Foto: ilustrasi petani teh)
Foto: Antara/Harviyan Perdana Putra
Virus corona atau Covid-19 berdampak luas tak terkecuali ekspor teh dari India (Foto: ilustrasi petani teh)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Virus corona atau Covid-19 berdampak luas di seluruh dunia. Berbagai sektor mengalami penurunan secara signifikan, tak terkecuali ekspor teh dari India juga mengalami krisis. Dewan Teh India telah membunyikan alarm krisis bagi ekspor teh.

“Melihat tren yang muncul dari wabah koronavirus dan faktor-faktor lain, kami merasa bahwa sektor teh menuju krisis besar tahun ini, sudah ada tekanan keuangan di sektor ini dan mungkin memburuk tahun ini," Wakil Ketua Dewan India A K Ray seperti dikutip dari Business Standard, Rabu (4/3).

Baca Juga

Efek corona mengehentikan pasar ekspor utama India yakni Iran. Iran diketahui menjadi negara Timur Tengah yang paling banyak mengalami kasus corona dengan 1.501 kasus kasus dengan 66 korban meninggal.

Padahal, Iran menjadi menjadi tujuan ekspor teh India tertinggi dengan 53,45 juta kilogram (kg) pada tahun 2018. Ekspor tersebut membuat kebangkitan ekspor teh daun utuh sehingga harganya lebih mahal.

Berada dengan eksopr ke Rusia, yang hanya meminta teh CTC (crushing, tearing, curling) dengan harga lebih murah. Ekspor teh daun untuh ke Iran memiliki harga 80-150 persen lebih maham dibanding teh CTC.

Ekspor India untuk teh hijau ke Cina dipastikan juga berdampak. Padahal Cina meminta teh CTC dari India sebagai pengembang pasar. Tahun 2018, ekspor ke Cina telah meningkat lebih dari 30 persen lebih dari 13,45 juta (kg).

Namun, angka tersebut mulai menurun menjadi  10,31 juta (kg) pada tahun 2019. Kemudian, Jepang menjadi pasar utama untuk teh ekspor India dari daerah penghasilan teh terbaik yakni Kota Darjeeling dipastikan akan menurun akibat corona.

India akan dibebani dengan kelebihan produksi sehingga diperkirakan akan berdampak pada anjloknya harga tahun ini. Sebab, produksi dalam negeri meningkat sekitar empat persen pada rekor 1.390 kg tahun 2019.

"Sementara konsumsi domestik mandek dan volume ekspor turun sekitar tiga persen," kata Ray.

Padahal, setiap bulan Februari hingga April merupakan waktu penandatanganan kontrak berjangka. Namun, memasuki bulan Maret kontak belum ada yang ditandatangani.

Pejabat industri menyatakan, belum tidak ditandatanganinya kontrak lantaran kasus corona terua meningkatkan atau epidemi. Ray memperkirakan situasi ekspor diperkirakan paling suram tahun ini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement