Kamis 05 Mar 2020 06:56 WIB

Dolar AS Menguat Kembali Setelah Pemangkasan Suku Bunga

Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback naik 0,19 persen

Red: Nidia Zuraya
Warga menukarkan mata uang dolar AS di sebuah gerai money changer. ilustrasi
Foto: Antara/Galih Pradipta
Warga menukarkan mata uang dolar AS di sebuah gerai money changer. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dolar AS menguat kembali terhadap sekeranjang mata uang lainnya pada akhir perdagangan Rabu (4/3) atau Kamis (5/3) pagi WIB. Sehari sebelumnya, nilai tukar mata uang AS ini jatuh ke posisi terendah delapan pekan terakhir setelah penurunan suku bunga darurat oleh Federal Reserve (Fed).

Bank sentral AS mengejutkan para investor dengan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin ke kisaran target 1,00 persen hingga 1,25 persen, dua pekan menjelang pertemuan kebijakan yang dijadwalkan secara berkala, dalam upaya untuk memerangi dampak ekonomi dari virus corona.

Baca Juga

Indeks dolar yang mengukur kekuatan greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama berada 0,19 persen lebih tinggi pada 97,315. Indeks tergelincir ke level 96,926 pada Selasa (3/3), level terlemah sejak 8 Januari.

"Dolar telah menemukan langkahnya setelah fase kinerja yang buruk terhadap euro dan beberapa mata uang utama lainnya," kata Jonathan Coughtrey, direktur pelaksana Action Economics, dalam sebuah catatan.

Data pada Rabu (4/3) juga memberikan dorongan. Data penggajian (payroll) swasta AS meningkat lebih dari yang diharapkan pada Februari, menunjuk pada kekuatan pasar tenaga kerja sebelum meningkatnya kekhawatiran resesi baru-baru ini yang dipicu oleh epidemi virus corona.

Peningkatan aktivitas sektor jasa-jasa AS ke level tertinggi satu tahun pada Februari juga menunjukkan kekuatan yang mendasari dalam perekonomian meskipun ada wabah virus corona. Meski begitu, para analis ragu untuk menyatakan rebound besar bagi dolar.

"The Fed masih memiliki ruang lebih banyak untuk memotong suku bunga daripada bank sentral utama lainnya," kata Karl Schamotta, kepala strategi pasar Cambridge Global Payments di Toronto. "Apa itu artinya secara fungsional adalah kerugian dolar sedikit lebih besar."

Pada Rabu (4/3), euro yang telah menjadi salah satu mata uang yang menguat karena pelemahan dolar AS berbasis luas beberapa pekan terakhir turun 0,28 persen pada 1,114 dolar AS.

"Dengan ECB akan memotong (suku bunga) segera, itu telah mengempiskan balon euro sedikit," kata Stephen Innes, kepala strategi pasar di penyedia layanan valas Australia AxiCorp, mengacu pada Bank Sentral Eropa.

Pasar uang di zona euro memberikan peluang 90 persen bahwa ECB akan memangkas suku bunga simpanannya, yang sekarang minus 0,50 persen, dengan 10 basis poin pekan depan.

Dolar Kanada juga melemah terhadap greenback pada Rabu (4/3) setelah bank sentral Kanada, Bank of Canada, memangkas suku bunga acuan menjadi 1,25 persen dari 1,75 persen karena wabah virus corona dan mengatakan siap untuk memotong lagi jika diperlukan guna mendukung pertumbuhan ekonomi.

Sementara itu, poundsterling menguat 0,44 persen terhadap dolar AS karena Gubernur Bank of England (bank sentral Inggris) yang baru, Andrew Bailey, merugikan ekspektasi untuk penurunan suku bunga BoE dengan mengatakan bahwa segala tindakan untuk melawan pukulan ekonomi dari wabah virus corona akan lebih baik dilakukan bersamaan dengan Pemerintah Inggris.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement