REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta Besar Republik Indonesia (RI) untuk Republik Rakyat China dan Mongolia Djauhari Oratmangun memperkirakan manufaktur China akan mulai bergeliat kembali pada April mendatang. Pasalnya, wabah virus corona di Negeri Tirai Bambu tersebut berangsur menurun.
"Saya tidak bilang, April baik lagi. Tapi tren sekarang menunjukkan positif. Presiden China Xi Jinping pada akhir Februari lalu meminta dunia usaha mulai bergerak," ujar Djauhari dalam Rapat Kerja Kementerian Perdagangan pada Rabu, (4/3).
Apabila dunia usaha sudah bergerak lancar pada April nanti, dampak positifnya baru bisa dirasakan pada semester dua 2020. "Semester dua hopefully, paling tidak bergerak lagi semua ekspor dan impornya," kata dia.
Sejak Presiden Xi menginstruksikan pelaku usaha untuk kembali bergerak, Djauhari mengaku lebih optimistis. Dipantaunya dari beberapa media di sana termasuk siaran televisi, beberapa industri mulai beroperasi dan memulai proses produksi.
Menurutnya dalam hal ini Indonesia harus mengambil peluang. "Kita akan identifikasi saat ini apa yang bisa kita suplai dalam waktu dekat. Kalau mereka (China) buka pasar lagi pada April atau Mei, kita siap langsung masuk pasar," tegasnya.
Menurut Djauhari peluang masuk pasar China kali ini lebih terbuka sebab tren wabah corona di berbagai negara justru tengah meningkat. "Jadi kita harus baca benar-benar kebutuhan China. Kalau di benak saya, pertama yang mereka butuhkan produk makanan dan minuman, itu akan selalu diminati," kata Djauhari.
Kedutaan Besar RI (KBRI) untuk Republik Rakyat China dan Mongolia siap membantu Indonesia masuk pasar China. Kedutaan bahkan sebelumnya sudah bertemu e-commerce lokal untuk membantu memasarkan produk Indonesia. Namun kerja sama itu tertunda karena penyebaran virus corona. "Jadi ya sudah, kita tunggu mereka punya rasa percaya diri lagi, yang pasti kami di KBRI siap bantu, termasuk ke logistik," tuturnya.