REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kontingen-kontingen nasional bisa menunjuk seorang pria dan seorang wanita sebagai pembawa bendera pada upacara pembukaan Olimpiade Tokyo 2020. Ini setelah Komite Olimpiade Internasional (IOC) meninggalkan tradisi lama untuk mengirimkan pesan keseimbangan gender.
Presiden IOC Thomas Bach mengatakan pada Rabu (4/3) bahwa organisasinya sudah mengamandemen protokolnya yang memungkinkan kedua gender terwakili dalam momen yang paling banyak ditonton dalam olimpiade.
Pada upacara pembukaan, semua tim masuk stadion dengan masing-masing pembawa bendera yang biasanya adalah atlet peraih medali terbanyak atau atlet yang berhasil pada event besar.
IOC juga menyatakan paling sedikit satu atlet putri dan satu atlet putra harus dimasukkan ke masing-masing 206 delegasi yang akan berlomba di Tokyo. Arab Saudi, contohnya, baru melibatkan perempuan dalam tim olimpiade-nya pada Olimpiade London 2012.
"Kami mendorong semua Komite Olimpiade Nasional memanfaatkan opsi ini (dua pembawa bendera)," kata Bach seperti dikutip Reuters. "Bersama dengan prakarsa dua ini, IOC mengirimkan pesan yang sangat kuat lainnya kepada dunia bahwa keseimbangan gender itu adalah realitas olimpiade."
Sekitar 51,2 persen dari total 11 ribu atlet yang turut serta dalam Olimpiade Tokyo adalah laki-laki dan 48,8 persen lainnya adalah perempuan.