REPUBLIKA.CO.ID, QUSRA -- Palestina melancarkan aksi protes di Tepi Barat, ketika sebuah buldoser Israel mulai membersihkan tanah mereka. Warga desa di sekitar Qusra khawatir pergerakan Israel tersebut merupakan upaya mengambil tanah mereka untuk membangun pemukiman Yahudi.
Warga desa Qusra menentang pasukan Israel yang menjaga buldoser yang sedang meratakan tanah di dekat pemukiman Migdalim, di Tepi Barat utara. Sementara itu, di desa lainnya, Beita, warga melakukan aksi protes selama beberapa hari. Mereka menancapkan bendera Palestina dan mendirikan tenda di puncak bukit al Arma untuk mempertahankan tanah mereka. Bahkan, beberapa demonstran sempat melempari pasukan Israel dengan batu.
"Saya datang ke sini karena ini adalah tanah saya, dan saya ingin mati di tanah saya tetapi mereka tidak membiarkan saya mendekatinya. Mereka datang untuk menguasai tanah ini dan kita tidak berdaya," ujar Joudat Odeh, dari Qusra.
Militer Israel menyatakan, pada 1 Maret Israel melakukan aktivitas yang berkaitan dengan pertanian di dekat Migdalim ketika 30 warga Palestina datang ke daerah itu, dan melemparkan batu serta melakukan konfrontasi fisik dengan Israel. Pasukan militer datang ke wilayah itu dan membubarkannya.
Tak lama kemudian, militer Israel menyatakan, sekitar 120 warga Palestina mulai membuat kerusuhan dengan membakar ban dan melemparkan batu. Para pengunjuk rasa dari Qusra mengatakan, Israel telah menghentikan aktivitas warga Palestina untuk bertani di tanah tersebut. Mereka khawatir tanah itu akan digunakan untuk membangun pemukiman baru.
"Saya takut bahwa dalam beberapa hari mendatang Netanyahu akan datang untuk meletakkan batu pertama bagi pembangunan pemukiman baru. Dia ingin mengambil alih semua gunung dan tidak meninggalkan apa pun untuk orang Arab," ujar Mohammad Shokri dari Qusra.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengklaim kemenangan berdasarkan hasil exit poll setelah pemilihan pada Senin lalu. Namun, perhitungan dengan cara exit poll itu menunjukkan Partai Likud, yang merupakan partai Netanyahu, dan para sekutunya mungkin gagal mendapatkan mayoritas kursi di parlemen. Kemenangan akan membuka jalan bagi Netanyahu untuk memenuhi janjinya mencaplok Tepi Barat di bawah rencana perdamaian yang diinisiasi oleh Amerika Serikat (AS).
Palestina telah menolak proposal perdamaian teresebut. Karena, proposal itu dapat menghambat mimpi mereka untuk meraih kemerdekaan yang mencakup wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza, yang telah direbut oleh Israel dalam perang Timur Tengah 1967.
Lebih dari 400 ribu pemukim Israel tinggal di Tepi Barat, dan lebih dari 200 ribu pemukim lainnya tinggal di Yerusalem Timur. Warga Palestina dan sebagian besar negara-negara di dunia menilai pemukiman yang dibangun oleh Israel adalah ilegal menurut hukum internasional.