REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO — Utusan Khusus PBB untuk Suriah Geir Pedersen mendesak Rusia dan Turki segera menemukan solusi diplomatik guna mengakhiri pertempuran di Suriah barat laut, terutama di Idlib. PBB telah mengatakan bencana kemanusiaan sedang berlangsung di wilayah tersebut.
“Saya yakin Anda semua bergabung dengan saya dalam mendesak mereka (Rusia dan Turki) menemukan solusi diplomatik segera yang dapat menyelamatkan warga sipil lebih lanjut dan menciptakan kondisi yang lebih kondusif untuk proses politik,” kata Pedersen saat menghadiri pertemuan para menteri luar negeri negara anggota Liga Arab di Kairo, Mesir, Rabu (4/3), dikutip laman Al Arabiya.
Menurut dia, pertempuran antara pasukan Suriah dan Turki merupakan perubahan yang mencemaskan dalam sifat konflik. Pedersen memperingatkan dengan lima angkatan bersenjata internasional yang aktif di Suriah, bahaya eskalasi lebih besar terbuka lebar.
“Proses politik yang bermakna diperlukan untuk menghindari masa depan yang suram dan tidak pasti, dengan konsekuensi regional yang mengerikan,” ujar Pedersen.
Dia mengakui jalan keluar dari perang menuju perdamaian memang sangat sulit. “Hanya ada sedikit kepercayaan dan keyakinan untuk bergerak maju, dan tidak ada kemauan politik yang cukup untuk melakukannya,” ucapnya.
Pasukan Suriah dan sekutunya Rusia mengintensifkan serangan ke Idlib sejak Desember tahun lalu. Mereka berusaha merebut kembali wilayah itu dari kelompok oposisi bersenjata. Idlib diketahui merupakan satu-satunya wilayah yang masih dikuasai kelompok oposisi bersenjata Suriah. Pertempuran di Idlib, tak hanya melibatkan pasukan pemerintah dan oposisi, tapi juga Turki. Ankara diketahui mendukung beberapa faksi oposisi yang berkeinginan menggulingkan pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Sekitar 900 ribu warga Idlib telah mengungsi. Kondisi mereka mencemaskan. Sebagian di antara mereka tak memiliki tempat bernaung dan hidup di ruang terbuka. Bantuan pun minim. PBB telah menyebut hal itu sebagai bencana kemanusiaan.