REPUBLIKA.CO.ID, LIVERPOOL -- Ada asap pasti ada api. Munculnya suatu masalah pasti terdapat penyebabnya. Hal itu yang belakangan menjadi tanda tanya besar oleh pendukung Liverpool. Mengapa the Anfield Gank harus menelan kekalahan secara beruntun dari tiga kompetisi berbeda?
Petaka bagi pasukan Juergen Klopp dimulai saat leg pertama babak 16 besar Liga Champions. Bertandang ke Estadio Wanda Metropolitano, the Reds menyerah dengan skor tipis 0-1 pada 19 Februari dari Atletico Madrid.
Sempat kembali perkasa ketika mengalahkan West Ham United 3-2, Liverpool lalu terjungkal saat berhadapan dengan Watford dengan skor 0-3 pada lanjutan Liga Primer Inggris. The Reds pun tersingkir dari Piala FA setelah kalah 0-2 dari Chelsea.
Dikutip Sportkeeda, Kamis (5/3), rentetan hasil mengecewakan the Reds dinilai karena tidak adanya kehadiran kapten tim Jordan Henderson yang mengalami cedera hamstring dan menepi selama satu bulan mendatang. Sementara itu, Virgil van Dijk dan beberapa pemain lain Liverpool gagal untuk menggantikan kepemimpinan Henderson di atas lapangan yang mengakibatkan penampilan buruk.
Sebelum eks pemain Sunderland itu cedera, the Reds hanya kalah sekali dalam 34 pertandingan terakhir. Satu-satunya kekalahan didapat saat melawan Napoli pada bulan Oktober 2019.
Bersama Henderson, musim ini Liverpool memiliki persentase kemenangan 89 persen dengan 26 kemenangan, dua kekalahan, dan 18 gol kebobolan. Namun, tanpa gelandang itu, the Reds telah kehilangan tiga dari delapan pertandingan dan kebobolan 13 gol. Alhasil, betapa pentingnya sosok pemain 29 tahun untuk skuat Liverpool.
Sementara itu, hal ini menjadi bukti nyata bahwa Henderson mungkin bukan pemain paling berbakat secara teknis di skuat Liverpool. Namun, Henderson bisa jadi merupakan sosok yang paling penting, seperti yang ditunjukkan oleh beberapa hasil minor the Kop dalam sepekan terakhir.