REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini mencegah kapal pesiar Viking Sun yag akan berlabuh pada Jumat (6/3) besok. Hal itu setelah mendapat laporan ada dua penumpang di kapal pesiar tersebut yang menjadi suspect virus corona atau Covid-19.
"Saya kirim surat (elektronik) untuk tidak boleh kapal itu penumpangnya turun di Surabaya. Kami menerima surat (laporan) dari Labuhan Bajo (tempat bersandarnya kapal pesiar sebelum ke Surabaya)," ujar Risma di Surabaya, Kamis (5/3).
Selain itu, Risma mengatakan pihak Rumah Sakit Universitas Airlangga (Unair) Surabaya dan pakar kesehatan juga tidak merekomendasikan kapal pesiar Viking Sun bersandar di Surabaya. Menurutnya, surat tersebut tidak hanya menyatakan penolakan terhadap datangnya kapal pesiar Viking Sun, melainkan surat ini juga diberlakukan bagi kapal pesiar lain yang akan bersandar di Kota Surabaya khususnya yang berasal dan pernah singgah di Negara terjangkit COVID-19.
Hal ini, sebut dia dilakukan untuk meminimalisir potensi terkontaminasi dari segala sumber terinfeksi serta demi melindungi warga Kota Surabaya.
Sesuai rencana, kapal pesiar Viking Sun bakal bersandar di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya pada Jumat, (6/3). Kapal berbendera Norwegia itu mengangkut sekitar 1.300 orang, baik penumpang maupun awak kapal. Rata-rata penumpang dari Australia dan London.
Namun, sebelum tiba di Kota Surabaya, kapal pesiar tersebut berlabuh di Labuan Bajo untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan para penumpang. Dari hasil pemeriksaan itu, pihak Labuan Bajo menyatakan ada dua penumpang kapal pesiar Viking Sun yang suspect COVID-19.
Anggota Komisi D Bidang Kesra DPRD Surabaya dari Fraksi PAN, Juliana Eva Wati sebelumnya meminta Pemerintah Kota Surabaya membatalkan Kapal Pesiar Viking Sun dari Norwegia yang akan bersandar di Pelabuhan Tanjung Perak.
"Masyarakat saat ini masih gelisah dan khawatir dengan virus COVID-19, meskipun sudah banyak penjelasan dan beberapa hal yang harus dilakukan untuk pencegahan," tambahnya.
Namun, lanjut dia dengan datangnya wisatawan asing yang diperiksa itu tidak dapat membuktikan secara langsung bahwa wisatawan itu tidak terkena virus COVID-19. Apalagi, lanjut dia wisatawan yang turun dari kapal pesiar itu pasti jalan-jalan atau keliling Kota Surabaya. Tentunya, sebutnya tidak mungkin jika wisatawan dalam perjalanannya tidak menyentuh fasilitas umum (fasum) yang ada di Surabaya.
"Paling tidak minimal adalah toilet ataupun bus yang akan digunakan untuk keliling," ujar Juliana Eva Wati yang kerap dipanggil Jeje ini.