REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada perjuangan panjang yang dilakoni D'Masiv sebelum bisa menuai kesuksesan seperti sekarang. Sebelum memenangi sebuah kompetisi band dan dikontrak oleh label Musica Studio's 13 tahun silam, grup musik itu melewati banyak jatuh bangun.
"Kami memulai memang dari minus, bukan dari nol lagi. Semua dari keluarga sederhana, meniti karier dari bawah, sampai sekarang Alhamdulillah punya alat perang untuk manggung," kata gitaris D'Masiv, Dwiki Aditya Marsall.
Pria yang biasa disapa Kiki itu bersyukur bisa terus berkarya bersama Rian (vokal), Rama (gitar), Ray (bas), dan Wahyu (drum). Sekarang, D'Masiv sudah memiliki enam album studio dan puluhan hit yang digemari penikmat musik.
Album pertama Perubahan menelurkan banyak lagu populer seperti "Cinta Ini Membunuhku", "Merindukanmu", dan "Di Antara Kalian". Karya itu berlanjut dengan album Perjalanan, Persiapan, Hidup Lebih Indah, Orange Album, dan Love.
Penabuh drum D'Masiv, Wahyu, merasa waktu melintas sangat cepat karena dia dan teman-temannya menikmati perjalanan mereka. Para personel yang tinggal di sebuah gang kecil di Ciledug, Tangerang, seperti baru kemarin melewati masa-masa perjuangan.
Wahyu mengenang, dulu dia dan teman-temannya harus berboncengan bertiga di satu motor dengan membawa alat-alat musik. Perjalanannya pun terbilang jauh. Dari Ciledug ke Taman Ismail Marzuki, Ciledug ke Kelapa Gading, bahkan Ciledug ke Serpong.
Jika dari jauh melihat ada polisi lalu lintas, salah satu personel akan turun dan berjalan kaki hingga situasi dirasa aman. Begitu pula apabila ada razia lalu lintas. Semua itu menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi Wahyu.
"Sampai sekarang kayak nggak menyangka bisa manggung keluar kota naik pesawat, manggung ke luar Indonesia. Bersyukur karena lagu-lagu D'Masiv bisa diterima masyarakat, mungkin bermanfaat juga buat sebagian orang," kata dia.