REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Allah SWT meninggikan derajat orang-orang tertentu sesuai kehendak-Nya. Di antaranya adalah seperti yang dinyatakan oleh Allah SWT dalam Alquran Surat Mujadilah (58) ayat 11, “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu, ‘Berlapang-lapanglah dalam majlis’, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
“Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan kriteria orang yg akan ditingkatkan derajatnya,” kata Prof Dr Didin Hafihuddin MS saat mengisi pengajian guru dan tenaga kependidikan Sekolah Bosowa Bina Insani (SBBI), di Masjid Al Ikhlas Bosowa Bina Insani, Bogor, Jawa Barat, Jumat (6/3).
Guru Besar IPB Bogor itu menyebutkan, kriteria pertama adalah orang yang beriman. “Unsur iman ada dua, yakni kekuatan hati dan kekuatan amanah. Hal itu seperti dipaparkan oleh Allah SWT dalam Alquran Surat Al-Mukminun ayat 1-11,” ujarnya seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Terjemah Surat Al-Mukminun ayat 1-11 sebagai berikut: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa yang mencari di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara salatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.”
Kiai Didin menegaskan, sifat amanah seperti disebutkan dalam Surat Al Mukmun di atas, berlaku bagi semua orang. Termasuk mereka yang berprofesi sebagai guru. “Guru yang amanah selalu mempersiapkan diri dengan baik sebelum mengajar. Baginya, mengajar bukan semata- mata panggilan tugas. Melainkan, sebagai ibadah dan amanah yang harus ditunaikan dengan sebaik mungkin,” paparnya.
Kriteria kedua adalah orang yang berilmu pengetahuan. Terkait ilmu pengetahuan itu tidak hanya berarti orang-orang yang pintar, tapi juga mereka yang gemar belajar dan mencintai ilmu.
“Bicara tentang orang yang ditinggikan derajatnya terkait ilmu pengetahuan itu mencakup orang yang mengajarkan ilmu, orang yang selalu belajar ilmu, orang yang mendengarkan ilmu, dan orang yang mencintai ilmu. Jangan jadi orang kelima, yakni mereka yang tidak ada perhatiannya kepada ilmu, karena kesibukannya terkait urusan dunia,” papar Kiai Didin.
Direktur Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor itu menambahkan, Surat Mujadilah ayat 11 itu juga membahas tentang adab. “Adab itu sangat penting. Bahkan, adab itu lebih dulu dari ilmu,” tuturnya.
Termasuk adab (akhlak) terhadap ilmu. “Misalnya, sebelum seorang guru mengajarkan tahsin kepada para siswa, ajarkanlah terlebih dahulu kepada mereka adab membaca Alquran,” paparnya.
Kiai Didin mengemukakan, yang menguatkan iman dan adab adalah membaca Alquran. “Tidak hanya sekadar membaca Alquran, tapi juga saling menyimak dan saling menasehati,” ujarnya.