Jumat 06 Mar 2020 11:36 WIB

Kuwait Umumkan Penyembuhan Pertama Warga Terinfeksi Corona

Kuwait mengevakuasi warganya dari Iran yang telah terinfeksi

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Dampak wabah corona ke neraca perdagangan Indonesia-China.
Foto: Tim Infografis Republika.co.id
Dampak wabah corona ke neraca perdagangan Indonesia-China.

REPUBLIKA.CO.ID, KUWAIT – Kuwait mengumumkan penyembuhan pertama pasien atas kasus virus corona di negaranya. Menteri Kesehatan Kuwait, Basel al-Sabah, mengatakan hasil uji terhadap pasien menunjukkan bahwa seorang warga negara Kuwait berusia 36 tahun tidak lagi terinfeksi virus corona.

Laporan kantor berita media pemerintah setempat, KUNA, yang dilansir Anadolu Agency, Jumat (6/3), menyebutkan warga tersebut akan dipulangkan. Pemulangan ini dilakukan setelah dia melewati seluruh tes reguler yang dibutuhkan. 

Baca Juga

Kementerian Kesehatan Kuwait sebelumnya mengonfirmasi dua kasus baru virus corona di negaranya. Kondisi ini membuat jumlah total kasus virus corona di negara Timur tengah menjadi 58. Menurut seorang pejabat kesehatan Kuwait, dua kasus baru itu terjadi karena tertular virus setelah mengunjungi Iran,. Keduanya telah dikarantina.

Sejauh ini, Kuwait telah mengevakuasi sekitar 800 warganya dari Iran, di mana angka kematian telah meningkat menjadi 107 berdasarkan data terbaru Kementerian Kesehatan Iran.  Jumlah kasus yang dikonfirmasi di seluruh dunia telah mencapai 95 ribu, dengan jumlah kematian lebih dari 3.200 korban. 

Sementara itu, di tempat terpisah Otoritas Palestina mengonfirmasi tujuh kasus virus korona di Tepi Barat yang diduduki. Otoritas setempat pun melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi warganya.

Menteri Kesehatan Palestina Mai Al Kaileh mengatakan dalam konferensi pers bahwa tujuh warga Palestina dinyatakan positif virus corona baru dan kini sedang dikarantina.

"Tujuh orang Palestina berada di bawah karantina," katanya, seperti dilansir kantor berita Turki, Anadolu Agency, Jumat (6/3).

Al Kaileh mengatakan, saat ini telah diputuskan untuk mengaktifkan peta kedaruratan di wilayah Betlehem dan Jericho. Dengan demikian, semua lembaga pendidikan dan pusat pelatihan di Kegubernuran Betlehem akan ditutup selama 14 hari.

Tak hanya itu, semua masjid dan gereja, termasuk gereja Nativity di Bethlehem, juga akan ditutup selama dua pekan. Waktu dua pekan ini adalah periode yang diperlukan virus untuk menunjukkan gejala.

Sebelumnya pada hari yang sama, Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan keadaan darurat di kota Betlehem dan Jericho di Tepi Barat atas dugaan kasus virus corona. 

Kementerian mengatakan sebuah hotel di Betlehem dikarantina karena sejumlah kasus yang diduga. Kementerian Kesehatan Israel mengkonfirmasi kasus baru coronavirus di Yerusalem Timur yang diduduki, sehingga jumlah totalnya menjadi 16. 

Coronavirus, atau COVID-19, telah menyebar ke lebih dari 80 negara. Ini telah menginfeksi lebih dari 95 ribu orang dan merenggut lebih dari 3.200 nyawa secara global, menurut WHO.

Sebagai bagian dari upaya mereka untuk menahan wabah, banyak pemerintah menutup perbatasan mereka dan menangguhkan layanan darat dan udara dengan negara-negara yang paling parah terkena dampaknya seperti Korea Selatan, Italia, da

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement