REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Sejumlah pria bersenjata menyerang sebuah upacara peringatan di ibu kota Afghanistan, Kabul, pada Jumat (6/3). Seorang pemimpin politik Afghanistan, Abdullah Abdullah hadir dalam upacara peringatan itu tetapi berhasil lolos dari serangan penembakan tanpa terluka.
Menurut pejabat Afghanistan, sebanyak 18 orang terluka dalam insiden itu. Serangan itu merupakan pertama kalinya sejak perjanjian penarikan pasukan ditandatangani oleh Amerika Serikat (AS) dan Taliban di Doha. Taliban mengaku tidak bertanggung jawab atas serangan penembakan dalam upacara yang menandai peringatan kematian Abdul Ali Mazari, seorang pemimpin etnis Hazara yang terbunuh pada 1995 setelah ditahan oleh kelompok tersebut.
"Serangan dimulai dengan ledakan, tampaknya sebuah roket mendarat di daerah itu, Abdullah dan beberapa politisi lainnya lolos dari serangan itu tanpa cedera," ujar juru bicara Abdullah, Fraidoon Kwazoon kepada Reuters.
Broadcaster Tolo News menunjukkan cuplikan langsung dari orang-orang yang berlarian saat terdengar tembakan. Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Nasrat Rahimi mengatakan pasukan polisi khusus telah dikirim ke daerah itu.
Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani mengutuk serangan penembakan itu. Dia menyebut serangan itu sebagai kejahatan terhadap kemanusiaaan. Ghani mengatakan, dirinya telah menelpon Abdullah untuk memastikan keselamatannya.
Sebelumnya, beberapa orang tewas dalam serangan serupa pada peringatan yang sama tahun lalu. Kelompok ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Sebagian besar warga etnis Hazara adalah Muslim Syiah. Kelompok ini telah berulang kali diserang oleh kelompok Muslim Sunni di Afghanistan.