REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perwakilan massa aksi solidaritas Muslim India belum bisa diterima Duta Besar India. Alasannya Duta Besar India Pradeep Kumar sedang tidak ada di kantor Kedutaan Besar India Jl Rasuna Said, Jakarta Selatan.
"Dari hasil pertemuan saya di dalam bahwa Duta Besar India tidak ada," kata Ketua Umum Persaudaraan Alumni (PA) 212 Slamet Maarif setelah mengantarkan surat ke kantor Kedutaan Besar India, Jumat (6/3).
Slamet menuturkan, meski wakil massa yang ditemani Kapolres Jakarta Selatan Kombes Pol Budi Sartono tidak berhasil menemui Duta Besar India Pradeep Kumar, akan tetapi perwakilan diterima staf Kedubes India.
Menurut Slamat antara perwakilan massa aksi dengan staf Kedubes India telah dilakukan beberapa kesepakatan. Pertama apa yang terjadi pada hari ini yakni tuntutan agar Pemerintah India menghentikan diskriminasi kepada Muslim India harus disampaikan kepada Duta Besar.
Perjanjian yang kedua perwakilan massa aksi yang diwakili Slamat Maarif memberikan waktu sampai dengan Jumat depan kepada Kedubes India dan pihak Kedutaan Besar melalui stafnya berjanji akan mengundang delegasi untuk dialog, dan diskusi dengan ulama-ulama Indonesia.
"Kemudian saya kasih peringatan kalau sampai Jumat besok mereka tidak punya niat baik untuk bertemu dengan kita, untuk menerima ulama-ulama kita, maka, mulai Jumat depan kita sudah sepakat tidak akan membiarkan bendera India berkibar di Indonesia," katanya.
Karena perwakilan massa aksi telah memberikan waktu satu pekan, Slamet meminta umat tidak melakukan sweeping kepada warga India non-Muslim. Ia mengajak umat Islam menghormati perjanjian yang telah disepakati.
"Kita hormati perjanjian. Kita Muslim yang senantiasa tidak pernah ingkar janji senantiasa mendahulukan nilai-nilai musyawarah," katanya.
Akan tetapi kat dia, jika perjanjian itu dilanggar Kedubes India maka, umat Islam yang turun ke jalan hari ini akan memberikan peringatan keras kepada pemerintah India di Jakarta.