REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Memasuki fase baru abad ke 2, Muhammadiyah akan merumuskan road map (peta jalan) baru dalam mendorong gerakan kemanusian yang lebih tajam dengan spektrum cakupan yang lebih luas. Gerakan baru kemanusiaan Muhammadiyah akan menjadi tema sentral dalam pelaksanaan Muktamar Muhammadiyah ke 48 pada 1 – 5 Juli 2020 di Solo, Jawa Tengah.
Penegasan tersebut disampaikan Bendahara Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Marpuji Ali, saat menjadi keynote speaker pada Seminar Pra-Muktamar Muhammadiyah 2020 di Kampus Utama UMSU, Jalan Kapten Mukhtar Basri, Medan, Sumatra Utara, Sabtu (22/2). Seminar tersebut mengusung tema “Jalan Baru Gerakan Kemanusiaan Muhammadiyah”.
Marpuji menyatakan bahwa sejak berdiri tahun 1912 hingga saat ini, Muhammadiyah terus memberikan kontribusi bagi kemanusian, pendidikan, dan kesehatan. ‘’Peta jalan baru ini untuk lebih mempertajam dan memperluas cakupan gerakan Al Maun yang sudah dirintis oleh pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan,’’ jelas Marpuji.
Ia menambahkan bahwa perumusan gerakan tersebut bukan untuk menghapus apa yang dicanangkan almarhum KH Ahmad Dahlan yang sudah menusantara dan mendunia. Justru melalui Muktamar nanti, akan dipertajam sehingga cakrawala yang lebih luas dan gerakan kemanusiaan Muhammadiyah itu benar-benar dirasakan masyarakat luas baik di Indonesia maupun di dunia.
Lebih jauh ia menjelaskan, Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang semata-mata melakukan amal shaleh, amal kebajikan untuk umat, bangsa dan kemanusiaan yang didorong spirit Alquran surat Al Maun dan dipraktikkan KH Ahmad Dahlan.
‘’Upaya menginternalisasikan spirit dengan sabar dan tanpa bosan seperti yang dilakukan pendiri Muhammadiyah itu yang kemudian diteruskan oleh banyak sang pencerah hari ini,’’ jelasnya.
Bendara PP Muhammadiyah ini lantas mencontohkan spirit Al Maun yang dilakukan pendiri ormas Islam terbesar di Indonesia seperti melakukan dakwah dan meluruskan beberapa ajaran Islam sesuai tuntutan Alquran dan sunnah. Upaya tersebut bukan tanpa halangan, KH Ahmad Dahlan menurut Marpuji kerap mendapatkan pertentangan dan cemoohan dari beberapa orang yang belum paham.
Supermarket bencana
Dalam kesempatan yang sama, Rahmawati Husein menyatakan gerakan kemanusian yang digulirkan Muhammadiyah sejak 1919 hingga saat sudah tepat yaitu tidak hanya memberikan layanan kesehatan saja, tapi juga urusan kemanusiaan seperti korban bencana alam. Karena secara geologi Indonesia berada ring of fire yaitu jalur gunung berapi yang membentang mengeliling cekungan pasifik.
‘’Jalur ini ditandai dengan deretan gunung berapi dari Sumatra, Jawa, hingga Sulawesi. Oleh sebab itu Indonesia sering disebut sebagai supermarket bencana. Bencana apa saja ada di sini,’’ ujar Wakil Ketua Muhammadiyah Disaster Management Centre (MDMC) PP Muhammadiyah.
Angota Kelompok Penasihat untuk Central Emergency Response Fund (CERF) PBB ini menambahkan, Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah atau Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) yang berdiri tahun 2010 tak pernah henti mengurus bencana. Ia menyebut MDMC setiap tahun merespons sebanyak 20-30 bencana. Khusus 2019 lalu, bencana yang ditangani MDMC sebanyak 95 kali mulai dari gempa bumi, gunung meletus, banjir, dan sebagainya.
Rahmawati mengingatkan gerakan kemanusian yang dilakukan Muhammadiyah sudah dimaknai dengan benar yaitu memanusiakan manusia, setiap manusia itu adalah sama, sehingga tidak menyebut orang cacat, orang tidak normal, rasisme, agama, bias gender, dan sebagainya.
Dia juga menyoroti ihwal bantuan kemanusiaan yang tidak hanya sekadar memberi dalam arti dana, tapi memuliakan. Hal ini yang sering kali salah ditafsirkan, karena para korban bencana alam terkadang tidak butuh uang tapi butuh ditemani karena ditinggal anak-anaknya atau keluarga lainnya.
‘’Maret nanti WHO akan melakukan verifikasi kepada MDMC. Sehingga tim medis Muhammadiyah nanti jadi satu-satunya dari Indonesia yang masuk di level satu dan beroperasi di seluruh dunia. WHO nanti bisa meminta kita untuk turun menangani bencana di suatu negara,’’ jelasnya.
Sedang Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatra Utara Hasyimsyah Nasution berharap seminar Pra Muktamar Muhammadiyah di Sumut ini dapat memeroleh gambaran yang jelas seputar Jalan Baru Gerakan Kemanusiaan Muhammadiyah.
Hasyimsyah menegaskan bahwa mencari jalan baru yang dimaksud bukan untuk meninggalkan jalan lama yang sudah ditempuh Muhammadiyah. Dia menilai jalan baru yang dimaksud untuk memberikan kontribusi Muhammadiyah untuk cakupan yang lebih luas.
''Dengan begitu, Muhammadiyah tidak hanya sibuk untuk memajukan Indonesia, tapi untuk umat manusia di seluruh dunia,'' ujarnya.