Jumat 06 Mar 2020 18:05 WIB

Rantai Penularan Corona dari Binatang Masih Bisa Terjadi

Pakar kesehatan menyebut, rantai penularan corona dari binatang masih bisa terjadi.

Red: Reiny Dwinanda
Kelelawar. Rantai penularan virus corona dari binatang ke manusia masih mungkin terjadi, meski prevalensinya kecil.
Foto: EPA
Kelelawar. Rantai penularan virus corona dari binatang ke manusia masih mungkin terjadi, meski prevalensinya kecil.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar kesehatan dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) dr Telly Kamelia mengatakan, rantai penularan virus corona dari binatang ke manusia masih bisa terjadi. Meski begitu, prevalensinya saat ini sudah kecil.

"Virus corona ini masih ada diakui penularannya dari makanan yang tidak matang dan masuk ke dalam saluran cerna manusia. Jadi ini artinya berasal dari hewan, bukan manusia," kata dia di Jakarta, Jumat.

Baca Juga

Makanan yang dimaksud menjadi penyebar virus corona tersebut ialah berasal dari hewan yang dimakan mentah atau kurang matang. Namun, kondisi itu kecil, yakni hanya sekitar tiga persen.

Telly mengatakan, penyakit tersebut awalnya diketahui berasal dari binatang ke manusia. Hanya saja, penularannya saat ini juga terjadi dari manusia ke manusia.

"Jadi posisinya adalah rantai penularannya itu dari binatang ke manusia, lalu prevalensi menjadi lebih kecil, kemudian berubah lebih banyak dari manusia ke manusia lewat saluran napas," ujarnya.

Kondisi penularan virus corona dari hewan ke manusia itu, menurut Telly, tidak diklarifikasi sebagai zoonosis 100 persen atau sebagai penyakit yang secara alami dapat menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Ia mengatakan, virus corona posisinya tidak sama dengan antraks yang sifatnya benar-benar zoonosis, yakni dengan penularan penuh dari hewan ke manusia.

Dengan kata lain, menurut Telly, posisi antara binatang ke manusia dalam hal virus corona ialah sebatas sebagai rantai penularannya saja. Sebagai bentuk rekomendasi, ia menyarankan masyarakat untuk mengonsumsi cairan yang hangat di mana sekaligus mampu membersihkan saluran napas.

Menurut Telly, ini tidak berlaku untuk yang dingin, sebab akan membuat kuman betah. Apalag, minuman hangat, bahkan memiliki efek sebagai salah satu pengencer dahak sehingga akan cukup efektif membersihkan saluran pernapasan tersebut.

Pendapat berbeda diungkapkan oleh Direktur Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi yang mengatakan hingga kini tidak ada bukti bahwa virus corona masuk ke dalam kategori penyakit zoonosis atau dapat menular melalui hewan ke manusia. Kejadian di Wuhan, China, menurut dia, awalnya diduga hewan merupakan salah satu penyebab penyakit itu menular ke manusia. Namun, setelah dilakukan penelitian hal itu sama sekali tidak terbukti.

"Sampai sekarang tidak terbukti bahwa corona itu adalah penyakit zoonotik. Artinya bukan ditularkan dari hewan ke manusia," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement