REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan perusahaan kopi asal Amerika Serikat Starbucks akan mulai menggarap potensi investasi hijau di Papua. Bahlil mengatakan ikut menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman investasi Starbucks dalam gelaran Forum High Level Meeting on Green Investment For Papua and West Papua akhir Februari lalu.
"(Bentuk investasinya) ada kebun kopi, kemudian kedai-kedai, ekspor juga. Ada beberapa tahapan-tahapannya sudah dilakukan, tapi nilai investasinya lagi dihitung," katanya.
Bahlil menjelaskan setelah menandatangi nota kesepahaman, langkah selanjutnya perusahaan akan menurunkan tim studi kelayakan (feasibility study/FS) guna menghitung kebutuhan investasi. "Setelah FS selesai, baru kontrak, baru mulai kucurkan dana bulan depan," imbuhnya.
Bahlil menjelaskan Papua merupakan salah satu penghasil kopi kualitas terbaik di dunia. Ia menyebut salah satu varian, yakni kopi asal Wamena menjadi salah satu kopi arabika terbaik.
Sayangnya, kopi di kawasan timur Indonesia memang belum ditanam secara massal dan masih terpisah-pisah di sejumlah titik. Mantan Ketua Umum Hipmi itu menuturkan masuknya Starbucks ke Papua menunjukkan kini pemerintah terus mendorong investasi hijau di Papua.
"Kita kembali pada keunggulan keunggulan kearifan lokal. Maka pala, kakao, ini yang kita lagi kembangkan. Sawit kita stop-lah oleh Papua, sudah moratorium enggak boleh lagi sawit-sawit," tutupnya.