Jumat 06 Mar 2020 22:46 WIB

21 Pelukis Unjuk Karya di Museum Nasional

Para pelukis unjuk karya dalam ajang Indonesian Art Gallery 2020.

Pengunjung mengamati karya seni lukis pada gelaran  Indonesia Art Festival di Museum Nasional, Jakarta, Senin (11/11/2019).
Foto: Republika
Pengunjung mengamati karya seni lukis pada gelaran Indonesia Art Festival di Museum Nasional, Jakarta, Senin (11/11/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 21 pelukis yang tergabung dalam Perkumpulan Seniman Nasional Indonesia (PESONA) unjuk karya dalam ajang Indonesian Art Gallery 2020. Acara ini diselenggarakan di Museum Nasional, Jakarta, pada 6 hingga 19 Maret 2020.

"Pameran ini merupakan salah satu bentuk pelestarian budaya untuk menciptakan ruang-ruang berkesenian agar tetap ada," ujar Ketua Penyelenggara Indonesian Art Gallery 2020, Arya Simbaru, Di Jakarta, Jumat (6/3) malam.

Baca Juga

Dia menambahkan, Indonesia sejak dulu memiliki pelukis-pelukis ternama dunia seperti Raden Saleh, maupun Affandi. Namun saat ini, belum muncul pelukis ternama lainnya. Melalui pameran tersebut, memberi ruang berekspresi pada pelukis untuk menampilkan karyanya.

Arya juga menjelaskan, Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar dengan kemajemukan budayanya. Hal itu akan menjadi inspirasi, ide, gagasan, yang dapat ditorehkan di atas kanvas dan akan menjadi karya lukis yang indah.

"Untuk pameran kali ini, kami mengangkat tema "Gelar Karya Lukisan Indonesia"," jelas dia.

Budayawan dan pencinta seni, Sultan H Indra Azhir Osman, mengatakan pameran itu diikuti pelukis dari berbagai aliran serta daerah di Tanah Air. Pameran lukisan menjadi berbeda karena bertemakan budaya.

"Pameran lukisan ini akan sangat berbeda, karena karya yang dipamerkan bertemakan budaya Indonesia," terang Azhir.

Kepala Museum Nasional, Siswanto mengatakan pihaknya memberi ruang pada seniman untuk berkreasi. Hal itu merupakan perwujudan dari UU 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Dengan adanya pameran lukisan tersebut, Siswanto berharap masyarakat tidak hanya melihat benda bersejarah melainkan ada objek yang bisa dinikmati

"Kami memberi ruang pada seniman untuk berekspresi sekaligus mengedukasi masyarakat, kalau datang ke museum tidak hanya melihat benda-benda bersejarah saja tapi juga bisa melihat lukisan," tambahnya.

Siswanto menambahkan ruang berekspresi perlu diberikan kepada seniman, karena Indonesia memiliki talenta yang luar biasa. Akan tetapi banyak yang belum muncul, karena sedikitnya ruang berekspresi.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement