REPUBLIKA.CO.ID,LEBAK -- Pengungsi di Kabupaten Lebak, Banten mendambakan pembangunan hunian sementara (huntara) yang dilaksanakan pemerintah setempat pasca-banjir bandang dan longsor awal 2020. Masyarakat Kampung Seupang hingga saat ini tinggal di tenda pengungsian yang dibangun rumah panggung dengan bahan plastik terpal dan hamparan bambu.
"Kami sudah dua bulan lebih tinggal di tenda pengungsian dengan kondisi tidak layak," kata Amanat (60) warga Kampung Seupang Desa Pajagan Kecamatan Sajira Kabupaten Lebak, Jumat (6/3).
Pembangunan rumah panggung itu secara gotong royong yang dikerjakan warga setempat juga dibantu para relawan. Saat ini, kata dia, sebanyak 50 unit rumah panggung dengan penghuni 70 kepala keluarga atau 295 jiwa.
Kondisi demikian, pihaknya tentu tinggal di tenda pengungsian sangat tidak layak karena bila hujan dipastikan kebocoran dan jika kemarau kepanasan. Oleh karena itu, warga pengungsian di sini sangat mendambakan pemerintah daerah membangun huntara agar nyaman dan aman. "Kami sudah beberapa hari terakhir ini cucu menangis terus menerus karena tempat tinggalnya tidak layak itu," katanya menjelaskan.
Begitu juga Arsudin (55) warga Kampung Susukan Desa Bungur Mekar Kecamatan Sajira Kabupaten Lebak mengaku hingga saat ini keluarganya bersama isteri, menantu dan cucu tinggal di tenda pengungsian. Sebab, pemerintah setempat hingga kini belum merealisasikan pembangunan huntara pasca-bencana alam, padahal sudah dijanjikan akan dibangun huntara.
Namun, hingga dua bulan lebih hingga kini warga korban bencana alam masih tinggal di tenda-tenda yang tidak layak huni. "Kami sangat berharap pemerintah setempat segera membangun huntara,karena tinggal di tenda pengungsian tidak nyaman," katanya.
Camat Sajira H Rahmat mengatakan saat ini warganya yang terdampak bencana banjir bandang dan longsor awal tahun 2020 sebanyak sembilan desa luluhlantak.
Bahkan, Kampung Seupang Desa Pajagan, Kampung Somang Desa Sukarame dan Kampung Susukan serta Kampung Bolang Desa Bungur Mekar disapu banjir bandang dan longsor hingga mengakibatkan puluhan rumah rusak berat dan hilang.
Saat ini, warga tinggal di tenda-tenda pengungsian karena belum direalisasikan pembangunan huntara oleh pemerintah daerah. Namun, pihaknya juga mengapresiasi di antaranya warga pengungsi itu mendapat bantuan dari lembaga kemanusiaan untuk tinggal di huntara, seperti dari Aksi Cepat Tanggap (ACT) membangun 52 unit dan relawan hamba Allah membangun 20 unit. "Kami berharap lembaga-lembaga kemanusiaan lainnya bisa membantu hunian sementara," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak Madias mengatakan saat ini warga korban banjir bandang dan longsor tersebar di empat posko pengungsian antara lain Pusdiklat Ciuyah, Kampung Susukan, Kampung Seupang dan Kosala.
Pemerintah daerah hingga kini belum merealisasikan pembangunan huntara karena menunggu rekomendasi dari Badan Geologi untuk lokasi yang aman dari ancaman bencana alam. "Kami akan membangun huntara jika ada rekomendasi dari Badan Geologi juga dana pembangunan sudah dicairkan," katanya.