Sabtu 07 Mar 2020 13:06 WIB

ISIS Klaim di Balik Serangan Penembakan di Kabul

Penembakan di Kabul menewaskan 32 orang.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Tentara Afghanistan berjaga di Kabul, Afghanistan.
Foto: AP
Tentara Afghanistan berjaga di Kabul, Afghanistan.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan penembakan dalam sebuah acara peringatan di Kabul pada Jumat (6/3). Serangan penembakan itu menewaskan 32 orang dan melukai 81 orang lainnya.

Serangan penembakan itu merupakan pertama kalinya setelah Amerika Serikat (AS) mencapai kesepakatan dengan Taliban mengenai penarikan pasukan. Seorang pemimpin politik Afghanistan, Abdullah Abdullah yang hadir dalam acara peringatan tersebut berhasil melarikan diri tanpa cedera.

Baca Juga

Pertemuan itu menandai peringatan 25 tahun kematian Abdul Ali Mazari, seorang pemimpin etnis Hazara yang terbunuh pada 1995 setelah ditahan oleh Taliban. Satu tahun yang lalu, ISIS juga melancarkan serangan dalam peringatan serupa dan menewaskan beberapa orang.

"Serangan dimulai dengan ledakan, tampaknya sebuah roket mendarat di daerah itu, Abdullah dan beberapa politisi lainnya lolos dari serangan itu tanpa cedera," juru bicara Abdullah, Fraidoon Kwazoon kepada Reuters.

Pasukan pertahanan Afghanistan langsung mengamankan daerah itu. Mereka berhasil membunuh sekitar tiga orang dari kelompok bersenjata pada sore harinya. Puluhan orang berkumpul di kamar jenazah, di sebuah rumah sakit yang tidak jauh dari lokasi penembakan. Mereka menangis saat menunggu giliran untuk mengidentifikasi kerabat mereka yang meninggal dalam insiden tersebut. Ambulans dan tandu terus berdatangan di rumah sakit membawa orang-orang yang terluka.

"Saya berada di lokasi ketika terjadi penembakan. Saya bergegas menuju pintu keluar namun kaki saya tiba-tiba terkena peluru," ujar seorang saksi, Mukhtar Jan.

Perwakilan dari Amerika Serikat (AS), Uni Eropa dan NATO mengutuk serangan itu. Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo mengatakan, kelompok itu telah menyerang orang-orang yang tidak bersalah dan tidak berdaya.

"Menyerang orang yang tidak bersalah dan tidak berdaya yang sedang menghadiri peringatan tertentu adalah tanda kelemahan, bukan unjuk kekuatan. Rakyat Afghanistan berhak mendapatkan masa depan yang memas dari teror," ujar Peompeo.

Insiden itu adalah salah satu serangan terhadap warga sipil yang terbesar di Afghanistan dalam setahun terakhir. Etnis Hazara sebagian besar merupakan Muslim Syiah. Kelompok ini kerap menjadi sasaran dari kelompok bersenjata di Afghanistan.

"Serangan mengeringan di Kabul hari ini sangat memilukan. Kami lelah dengan perang dan kekerasan," ujar Kepala Komisi Hak Asasi Manusia Independen Afghanistan, Shahrzad Akbar.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement