Sabtu 07 Mar 2020 16:08 WIB

Putra Mahkota Saudi di Balik Penangkapan Anggota Kerajaan?

Tiga anggota senior Kerajaan Arab Saudi ditangkap, dua orang paling berpengaruh.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman
Foto: AP Photo/Jacquelyn Martin
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Tiga anggota senior Kerajaan Arab Saudi dilaporkan ditangkap oleh perintah pangeran Mahkota Saudi, Mohamad Bin Salaman (MBS), Jumat (7/3) pagi waktu setempat. Penangkapan itu disinyalir dalam upaya untuk menyingkirkan saingan potensialnya dalam pengejaran takhta kerajaan.

Dalam sebuah laporan Wall Street Journal dan New York Times, tiga anggota keluarga kerajaan yang ditangkap di rumahnya masing-masing, adalah adik Raja Salman, Pangeran Ahmed bin Abdulaziz, sepupu MBS Pangeran Mohammed bin Nayef (MBN), dan adik MBN, Pangeran Nawaf bin Nayef. Dua dari anggota keluarga itu merupakan figur paling berpengaruh di Saudi.

Baca Juga

"Rincian dakwaan penangkapan tidak bisa dipelajari, tetapi kedua bangsawan Saudi (Pangeran Ahmed, dan MBN) itu telah dituduh melakukan pengkhianatan," kata laporan itu dilansir Middle East Eye, Sabtu (7/3).

Selama beberapa tahun terkahir, kedudukan ketiganya dalam keluarga kerajaan merenggang. Hal itu terjadi setelah Raja Salman (84 tahun) memutuskan mengangkat puteranya, MBS, sebagai putera mahkota, dan penguasa de facto kerajaan.

MBN ditempatkan di bawah tahanan rumah keluarga pada 2017 setelah ia dipindahkan dari jabatan menteri dalam negeri oleh MBS. MBN secara ketat diawasi oleh pasukan dan layanan intelijen besar Riyadh karena kritikannya terhadap MBS.

MBN berada di urutan pewaris tahta kerajaan sampai akhirnya dia dikeluarkan dari daftar tiga tahun lalu. Sebelumnya, sebagai menteri dalam negeri, dia dipuji karena berhasil mengalahkan pemberontakan al-Qaeda yang sempat mencengkram Arab Saudi pada 2000-an.

Sementara itu, Pangeran Ahmed telah diizinkan untuk datang dan pergi dengan bebas dari kerajaan. Pangeran Ahmed baru kembali Rabu lalu dari perjalanan ke luar negeri sampai pada hari berikutnya ia ditangkap.

Pangeran Ahmed dilaporkan mempertimbangkan untuk menempatkan dirinya di pengasingan pada akhir 2018. Keputusan itu diambil setelah kritik terhadap kepemimpinan kerajaan ketika sekelompok pengunjuk rasa berkumpul di luar kediamannya di London. Pangeran Ahmed mengatakan kepada demonstran Yaman dan Bahrain bahwa raja dan putra mahkota yang harus disalahkan atas kesengsaraan di kawasan itu.

Dalam wawancara sebelumnya dengan MEE, Pangeran Khaled bin Farhan mendesak Pangeran Ahmed untuk merebut kekuasaan dari MBS. Hal itu untuk melindungi kerajaan dari pemerintahannya yang menurutnya tidak rasional, tidak menentu, dan bodoh.

Pangeran Khaled diberi suaka politik di Jerman pada 2013. Menurutnya, jika Ahmed dan Pangeran Muqrin bin Abdulaziz menyatukan barisan, maka 99 persen anggota keluarga kerajaan, dinas keamanan, dan tentara akan berdiri di belakang mereka.

Sejak berkuasa, MBS telah menunjukkan kuasanya terhadap kerajaan dengan meluncurkan penumpasan terhadap suara-suara yang dinilai berbeda. Para aktivis, cendekiawan, penulis, ekonom, dan tokoh masyarakat ditangkap.

Pada 2017, MBS menahan setidaknya 11 pangeran Saudi dan ratusan pengusaha Saudi di sebuah hotel Ritz-Carlton sebagai bagian dari upaya anti-korupsi. Beberapa tokoh senior dipukuli dan disiksa dan memerlukan perawatan di rumah sakit pada saat itu.

Tahun berikutnya, ia menghebohkan dunia dalam kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Menurut CIA, MBS adalah otak di balik pembunuhan itu.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement