REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polda Papua membantah pernyataan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Operasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) yang menyebut telah menembak mati sejumlah pasukan keamanan Indonesia. Hingga kini, pihak kepolisian belum menerima laporan dari lapangan soal adanya anggota TNI-Polri yang gugur saat kontak tembak di Tembagapura, Papua.
"Sampai saat ini belum ada laporan dari anggota di lapangan bahwa ada anggota TNI-Polri yang gugur saat kontak tembak di Tembagapura," jelas Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol Ahmad Musthofa Kamal, dalam keterangan tertulisnya, Ahad (8/3).
Ia menyebutkan, terakhir kali adanya anggota aparat keamanan yang gugur kejadian ialah ketika anggota Brimob, Bharatu Doni Priyanto, gugur saat kontak tembak dengan kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB). Kejadian itu terjadi di Kali Kabur, Arwanop, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua, Jumat (28/2) lalu.
Pada Sabtu (7/3), kata Kamal, beredar pernyataan Komandan Operasi komando Nasional TPNPB OPM, Legakkan Talenggeng, yang mengatakan mematikan pasukan keamanan Indonesia sebanyak 17 orang tewas. Lekagak Talenggeng juga mengatakan adanya ratusan orang warga masyarakat Tembagapura mengungsi ke Timika akibat kontak tembak antara TNI-Polri dan pasukan TPNPB-OPM
Hingga Sabtu kemarin, warga yang mengungsi dari Tembagapura ke Timika sudah sekitar 900 orang. Pada Ahad (8/3), terdapat 400 warga yang dievakuasi ke Timika dengan menggunakan kendaraan milik PT Freeport Indonesia. Mereka mengungsi karena merasa takut atas aksi teror yang dilakukan oleh kelompok tersebut.
"Kelompok tersebut melakukan pemerasan dan menodongkan senjata api kepada warga," kata dia.
Ia menjelaskan, aparat TNI-Polri ada di Tembagapura karena terdapat aksi penembakan yang dilakukan KKSB beberapa waktu lalu di area PT Freeport Indonesia. Menurut Kamal, aparat keamanan akan lakukan penegakan hukum bagi siapa saja yang melakukan tindakan melawan hukum sesuai undang-undang yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ia mengaku sangat prihatin dengan apa yang dilalukan kelompok tersebut. Ia mengatakan, warga masyarakat di kampung tersebut ingin hidup yang aman dan nyaman, tetapi mereka harus dihantui ketakutan dengan aksi yang tidak manusiawi yang dilakukan KKSB.
"Warga ingin hidup layaknya seperti saudara-saudaranya yang hidup di daerah lainnya di Papua mulai dari orang dewasa hingga anak-anak," jelas dia.