REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Seminar Internasional Mata Air 2020 yang digelar Sabtu (7/3) membahas tentang dunia Islam dan Alquran. Seminar bertajuk "Milestone of Human Civilization from Pre-Modern Era to Industry 4.0: A Study of Science, Technology, Social and Religion" ini diselenggarakan atas kerja sama dengan Kelompok Keahlian Ilmu-Ilmu Kemanusiaan, Institut Teknologi Bandung (ITB).
Para peserta seminar tersebut berasal dari berbagai kalangan. Tak hanya civitas akademika ITB saja, namun masyarakat umum di Bandung pun menghadiri seminar yang dihelat di Aula Barat kampus ITB tersebut.
Seminar yang dibuka oleh Wakil Dekan FSRD (Fakultas Seni Rupa dan Desain) ITB dan Pemimpin Umum Majalah Mata Air, Edfian Noerdin, ini terbagi menjadi dua sesi. Sesi pertama diisi oleh dosen dari ITB, Qoriah Siregar, yang mengangkat tema 'Religiusitas Masyarakat Digital Sebagai Sebuah Kajian Tekno-agama'. Ia memberikan pemaparan tentang berbagai pengaruh teknologi pada ilmu pengetahuan dan relijiusitas masyarakat, terutama pada masyarakat modern yang amat bergantung pada teknologi digital saat ini.
Pemaparan lalu dilanjutkan oleh pakar coding dan telekomunikasi Indonesia serta pemilik delapan paten internasional, Khoirul Anwar. Makalah yang berjudul 'Understanding Hikmah from Al-Qur'an and Sunnah from Information and Communication Technology Viewpoint' disampaikannya dengan memaparkan berbagai hikmah luar biasa yang didapatkannya saat mempelajari ayat-ayat Alquran dan hadis yang mampu menghadirkan ilham ketika mencari pendekatan coding terbaik yang pada akhirnya membawa pada penemuan teori-teori dasar bagi teknologi 5G dan 6G.
Pemateri ketiga adalah Pemred Majalah Mata Air, Astri Katrini Alafta, yang membahas tentang 'Islamic Civilization and Its Proclivity to Science: A Forgotten History of Dark Ages'. Menurut dia, Abad Kegelapan yang mendera dunia Barat pada saat itu tidaklah berlaku bagi dunia Islam, sehingga tepat bila dikatakan bahwa pada masa itu ada kegelapan bagi dunia Barat namun terang bagi dunia Timur.
"Perkembangan ilmu pengetahuan di Barat sangatlah berhutang besar pada penerjemahan dan perkembangan ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh dunia Islam pada masa itu," kata Astri.
Setelah ishoma, sesi kedua dilanjutkan oleh Salih Yücel dari Charles Sturt University dan Agus Syihabuddin dari KKIK, ITB. Yücel menyampaikan dalam seminarnya sebuah fakta mencengangkan bahwa ternyata Columbus bukanlah orang pertama yang sampai ke benua Amerika. Bukti-bukti arkeologi menunjukkan banyak sekali penemuan yang didapatkan di Amerika dan Meksiko yang menunjukkan keberadaan orang-orang Islam di benua tersebut, jauh sebelum Columbus datang.
"Sebuah fakta yang cukup menarik, karena pemaparan itu disertai pula dengan berbagai bukti akademis yang telah diterbitkan di Amerika sendiri," ujarnya.
Sedangkan materi Agus Syihabuddin terkait dengan mukjizat tersirat yang tersimpan dalam ayat-ayat Alquran. Salah satu yang ia paparkan pada kesempatan itu adalah beberapa contoh pendekatan linguistik dalam memahami fakta-fakta tersirat dari Surat Saba' ayat 10-12.
Seminar ini disponsori oleh Penerbitan Yudhistira, Sekolah Pribadi Bandung Bilingual Boarding School, Rumah Sakit Yarsi Jakarta, dan juga Wardah Cosmetic. Acara diakhiri dengan sesi penyerahan cendera mata bagi para pemateri dan pengumuman pemenang Lomba Penulisan Artikel Ilmiah Populer yang diselenggarakan dalam rangkaian seminar ini, sebuah rangkaian acara positif yang dimaksudkan bagi penguatan nilai literasi positif bagi anak bangsa.