Senin 09 Mar 2020 07:41 WIB

Korut Tembakkan Tiga Misil dalam Uji Coba Senjata

Korut melakukan uji coba senjata kedua dalam sepekan.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un
Foto: Alexei Nikolsky, Sputnik, Kremlin Pool Photo
Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL-- Militer Korea Selatan (Korsel) mengatakan, negara tetangga Korea Utara (Korut) telah menembakkan tiga proyektil misil, Senin (9/3) waktu setempat. Hal itu terjadi setelah sepekan militer Korsel menduga Korut menembakkan rudal balistik jarak pendek.

"Tiga perangkat ditembakkan ke arah timur di atas laut dari daerah Sondok di provinsi Hamgyong Selatan," ujar Kepala Staf Gabungan Korsel dalam sebuah pernyataan dikutip Channel News Asia, Senin (9/3).

Baca Juga

"Militer kini masih memantau apakah ada peluncuran tambahan dan menjaga kesiapan," ujarnya menambahkan. Peluncuran itu merupakan uji coba senjata kedua Korut dalam sepekan.

Setelah peluncuran pekan lalu, media Korut mengatakan, pemimpin Korut Kim Jong-un mengawasi latihan artileri jarah jauh, meski tidak jelas apakah itu kejadian sama dengan peluncuran atau tidak. Peluncuran proyektil terbaru itu juga datang setelah beberapa hari Kim mengirim surat pribadi kepada Presiden Korsel Moon Jae-in yang berisi bahwa Kim menawarkan bantuan untuk wabah virus corona baru di Korsel.

Pesan itu mengikuti pernyataan yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh adik perempuan Kim, yakni Yo Jong. Yo Jong mengatakan, kecaman Seoul atas uji coba senjata Pyongyang adalah tindakan yang benar-benar tidak masuk akal dan benar-benar bodoh.

Korut melakukan serangkaian uji coba senjata akhir tahun lalu, yang terakhir pada November. Itu kerap digambarkan sebagai sistem peluncuran roket ganda, sementara yang lain menyebutnya rudal balistik.

Pada pertemuan partai di akhir bulan Desember lalu, Kim menyatakan bahwa Pyongyang tidak lagi terikat oleh moratorium tes nuklir dan balistik antarbenua. Kim mengancam demonstrasi senjata strategis baru dengan segera.

Peluncuran rudal Korut Desember lalu dilakukan saat negosiasi nuklir dengan Amerika Serikat (AS) terhenti. Itu juga bertepatan setelah berakhirnya batas waktu sepihak Pyongyang ditetapkan bagi Washington untuk menawarkan konsesi baru pada bantuan sanksi.

Peringatan satu tahun KTT Hanoi yang runtuh antara Kim dan Presiden AS Donald Trump juga terlewati, awal tahun ini. Pyongyang berada di bawah serangkaian sanksi terhadap program-program senjatanya dari Dewan Keamanan PBB, AS, Korea Selatan, dan lainnya. Ketegangan yang meningkat pada 2017 diikuti oleh dua tahun diplomasi nuklir antara Pyongyang dan Washington, termasuk tiga pertemuan antara Kim dan Trump yang minim kemajuan nyata.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement