REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jatuhnya harga minyak dunia ke angka 36 dolar AS per barel menjadi angin segar bagi masyarakat. Menurunnya tren harga minyak global semestinya bisa mendorong PT Pertamina (Persero) untuk menurunkan harga jual bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri.
Pengamat Ekonomi Energi UGM, Fahmi Radhi menilai salah satu penyebab anjloknya harga minyak dunia karena kelebihan pasokan. Ia menjelaskan, langkah Rusia untuk menolak penurunan produksi membuat harga minyak dunia semakin menurun.
"Harga minyak dunia turun drastis penyebabnya kelebihan pasokan. OPEC berupaya menurunkan produksi hingga 1,5 juta barel. Tapi negara non-OPEC, utamanya Rusia menolak menurunkan produksi," ujar Fahmi, Senin (9/3).
Fahmi menilai, kondisi ini bisa disikapi pemerintah dengan mendorong Pertamina untuk menurunkan harga BBM. Tak hanya BBM beroktan tinggi, penurunan harga minyak dunia ini bisa juga mendorong penurunan harga BBM bersubsidi.
"Dengan penurunan harga minyak dunia hingga mencapai rata rata 40 dolar per barel, Pertamina harus segera menurunkan semua harga BBM, baik harga BBM non-subsidi, maupun harga BBM subsidi," ujar Fahmi.
Ia menilai, kebijakan penurunan harga BBM mestinya juga menjadi perhatian Pertamina. Ia mengatakan jangan sampai Pertamina mengubah harga jika ada kenaikan harga saja. Kondisi ini perlu disikapi oleh Pertamina.
"Pertamina jangan hanya menaikkan harga BBM pada saat harga minyak dunia naik, tapi juga harus menurunkan harga BBM pada saat harga minyak dunia turun," ujar Fahmi.