Senin 09 Mar 2020 13:45 WIB

Dikes Jatim Konfirmasi Kelangkaan ARV Jenis Tertentu

Daerah mendorong pusat untuk segera menggadakan obat ARV yang mulai menipis.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Agus Yulianto
Obat antiretroviral (ARV) salah satu andalan garis depan dalam pengobatan terhadap HIV/AIDS kini mulai berkurang kemampuannya setelah HIV menunjukkan tanda-tanda mutasi hingga mengalami kekebalan terhadap obat tersebut.
Obat antiretroviral (ARV) salah satu andalan garis depan dalam pengobatan terhadap HIV/AIDS kini mulai berkurang kemampuannya setelah HIV menunjukkan tanda-tanda mutasi hingga mengalami kekebalan terhadap obat tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Herlin Ferliana mengungkapkan, pasien HIV baru di wilayahnya pada 2019 sebanyak 9.981 ODHA. Jumlah tersebut lebih banyak dari tahun sebelumnya yang hanya 8.930 ODHA. Herlin mengungkapkan, total kumulatif penemuan mulai 1989 hinhga Desember 2019 di Jatim sebanyak 70.482 ODHA.

Adapun, kebutuhan antiretroviral (ARV) per bulan di Jatim sebanyak 18.131 ODHA atau bila diuangkan, kurang lebih Rp 9 miliar per bulan untuk seluruh ODHA di Jawa Timur. Herlin melanjutkan, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu pendistribusi obat ARV menyatakan, kondisi stock aman dan cukup untuk 6 bulan ke depan pada obat tertentu. Pun di kabupaten/kota juga masih cukup.

Namun, kata dia, untuk beberapa obat seperti FDC dan Efavirens 600 mg sudah menipis. Herlin menegaskan, pemenuhan obat program, termasuk Obat ARV sesuai aturan adalah oleh pemerintah pusat. "Maka, kami mendorong pusat untuk segera menggadakan obat ARV yang mulai menipis," kata Herlin di Surabaya, Senin (9/3).

Herlin menegaskan, stok obat ARV jenis tertentu masih aman untuk 6 bulan ke depan. Adapun, stok obat ARV jenis FDC dan obat Efavirens sudah mulai menipis. Provinsi, kata dia, telah melakukan  permintaan dengan nomor 443.24/1996/102.3/2020 perihal Permintaan Obat untuk Program HIV, pada 10 Februari 2020.

Herlin mengingatkan, agar lebih bijak dalam penggunaan rejimen obat ARV mengingat beberapa obat sudah mulai menipis. Dia juga mengingatkan petugas selalu memantau obat ARV di instalasi Farmasi. Herlin juga mengingatkan pengelola program kabupaten/ kota untuk memastikan kecukupan obat ARV di layanan Perawatan Dukungan Pengobatan.

Obat ARV adalah obat yang digunakan untuk membantu pasien HIV mencegah munculnya AIDS dan kematian, serta bisa kembali beraktifitas normal. Obat ARV menekan jumlah virus di dalam darah, sehingga kerusakan sistem kekebalan tubuh dihambat dan meningkatkan kualitas kesehatan pasien HIV.

Obat ARV yang tersedia di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi  sebanyak 15 jenis obat ARV, yang terbagi dalam 3 kelompok. Yaitu obat Fix Dose Combination (FDC) yang mempunyai 3 kombinasi jenis obat, obat duviral yang mempunyai 2 kombinasi jenis obat, dan obat jenis lepasan yang hanya 1 jenis obat. Pemakaian obat ARV pada pasien harus menggunakan 3 kombinasi jenis obat.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Soetomo, Surabaya pun mengalami kelangkaan obat tersebut. Kepala Instalasi PKRS dan Humas RSUD dr. Soetomo Pesta Parulian Maurid Edwar mengatakan, obat ARV yang kosong hanya satu jenis saja, yakni truvada. Namun demikian, dia memastikan, pelayanan tidak terganggu.

"Truvada memang kosong, info kepala farmasi. Namun, pelayanan masih dapat berlangsung," kata Pesta.

Meskipun obat ARV jenis truvada kosong, Pesta menegaskan, RSUD dr. Soetomo menggantinya dengan dua jenis lainnya. Yaitu lamivudin dan tenovofir. Menurut Pesta, kedua obat tersebut mempunya fungsi dan khasiat yang sama seperti truvada.

"Bisa diganti kombinasi lamivudin dua kali sehari, selang 12 jam dan tenovofir satu kali sehari, khasiat dan fungsi sama," ujar Pesta.

Pesta menegaskan, untuk kedua jenis obat ARV pengganti truvada, yakni lamivudin dan tenofir, persediaannya masih mencukupi. "Stok (dua obat) di RSUD aman. Insya Allah aman," kata Pesta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement