REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto membantah stok obat Antiretroviral (ARV) bagi pengidap Human Immunodeficiency Virus/ Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) menipis. Obat ARV masih tersedia hingga akhir tahun ini dan harganya terkendali.
"Kabar atau press release itu tidak benar karena saya terhubung langsung dengan teman-teman (aktivis) HIV/AIDS," ujarnya saat ditemui wartawan usai pelantikan pejabat madya Kemenkes, di Kemenkes, di Jakarta, Senin (9/3).
Disinggung mengenai surat permintaan dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang mengirimkan surat pada Menkes yang meminta supaya orang dengan HIV/AIDS tidak putus pengobatan, Terawan tegas menepisnya. Menurutnya, surat itu bisa dibuat semua pihak.
"Yang penting kenyataannya kami sudah melakukan e-catalogue nasional (pengadaan ARV) untuk menghindari pemanfaatan (ARV) yang tidak benar," katanya.
Dengan pengaturan itu, dia memastikan ARV tersedia hingga penghujung tahun ini dan harganya terkendali. Bahkan, dia menambahkan, ketersediaannya sudah ada di e-catalogue.
"Jadi obat ARV tidak hanya harus tersedia, harganya juga harus rasional terkendali," ujarnya.
Sebelumnya Obat Antiretroviral (ARV) bagi pengidap HIV dan AIDS dikabarkan kembali mengalami krisis akibat kelangkaan stok. Hal ini memicu gabungan lebih dari 70 LSM dari seluruh Indonesia berteriak dan mengirimkan surat kepada Terawan untuk segera mengambil langkah darurat guna memastikan orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) tidak putus pengobatan. Kejadian ini adalah yang kesekian kalinya di mana stok obat ARV di layanan kesehatan terputus dan memaksa ODHA berganti obat, bahkan putus pengobatannya.