Senin 09 Mar 2020 15:32 WIB

DPR: Perlu Anggaran Khusus Atasi Penyebaran Virus Corona

Wakil Ketua DPR menilai pemerintah perlu siapkan anggaran khusus atasi corona.

Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad menilai pemerintah perlu siapkan anggaran khusus atasi penyebaran virus corona (foto: ilustrasi)
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad menilai pemerintah perlu siapkan anggaran khusus atasi penyebaran virus corona (foto: ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad menilai pemerintah perlu menyiapkan anggaran khusus untuk mengatasi penyebaran virus corona atau Covid-19 di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, menurutnya anggaran tersebut juga untuk mengantisipasi dampak ekonomi dari virus corona.

"Pemerintah harus terus melakukan sosialisasi tentang pencegahan dan juga perlu ada anggaran tersendiri untuk mengatasi penyebaran Covid 19," kata Dasco, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (9/3).

Baca Juga

Sufmi menilai anggaran khusus itu diperuntukkan pencegahan penyebaran Covid-19, selain untuk mengatasi dampak ekonomi dari virus tersebut. Karena menurut politisi Partai Gerindra itu, pencegahan dan tindakan yang sudah dilakukan pemerintah sudah berjalan baik, namun harus dibatasi penyebarannya. "Kita harus tetap edukasi masyarakat agar waspada penyebaran Covid 19 ini," ujarnya.

Terkait bertambahnya jumlah warga yang terinfeksi Covid-19 di Indonesia menjadi 6 orang, Dasco mengimbau masyarakat untuk terus menjalani perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu, dia meminta masyarakat waspada dengan tanda-tanda di sekitar ada kemungkinan warga terkena virus tersebut, namun jangan berlebihan.

"Dan sudah disarankan jika yang sakit menggunakan masker dan juga kemudian mencuci tangan sesering mungkin serta memberikan informasi kepada lingkungan sekitar tentang cara-cara hidup sehat yang sudah dianjurkan pemerintah," katanya pula.

Sebelumnya juru bicara penanganan COVID-19 Achmad Yurianto menyebut pasien kasus 1 dan 2 yang dinyatakan positif penyakit saluran pernafasan karena virus Corona jenis baru (Covid-19) mengalami tekanan psikologis. Hal itu kemudian mempengaruhi imunitas tubuh keduanya.

"Untuk kasus 1 dan 2 tidak ada keluhan, dokter penanggung jawab pasien yang merawat menyampaikan kalau kasus 1 dan 2 mengalami beban psikologis karena identitas mereka terpublikasi beberapa waktu lalu," kata Yurianto, yang juga Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, di kantor presiden Jakarta, Senin (9/3).

Pasien 1 dan 2 adalah seorang perempuan berusia 31 tahun dan ibunya yang berusia 64 tahun berdomisili di Depok, Jawa Barat. Keduanya dirawat di RS Penyakit Infeksi Sulianti Suroso sejak 1 Maret 2020.

"Mereka berdua mengalami beban psikologis sedangkan hasil pemeriksaan spesimen kemarin masih positif meski sudah masuk hari ke-7, jadi belum akan melepas perawatan meski secara klinis tidak ada keluhan apa-apa," ungkap Yuri.

Yuri menilai bahwa hasil positif keduanya karena imunitas tubuh juga dapat dipengaruhi oleh kondisi psikologis. "Mereka sekarang agak depresi akibat pernah mengalami hukuman sosial yang besar akibat identitasnya terungkap. Sekarang mereka agak tertekan dengan itu dan saya katakan dari awal faktor psikologis akan berpengaruh pada status imunitas seseorang," tambah Yuri.

Menurut Yuri, RSPI juga sudah menyediakan psikiater untuk mendampingi keduanya. Sedangkan untuk pasien 3 dan 4 kondisinya juga lebih bagus dari sebelumnya.

"Pasien 3 dan 4 jauh lebih bagus kondisinya dari pada sebelumnya namun mereka ada permintaan ke kami untuk memberikan garansi tidak akan mengumumkan nama mereka karena mereka takut seperti yang terjadi pada kasus 1 dan 2, karena kasus 1, 2, 3, 4 dan 5 berasal dari klaster yang sama karena dan di antara mereka ada komunikasi karena tidak ada larangan untuk menggunakan smartphone," jelas Yuri.

Pasien 5 yaitu laki-laki berusia 55 tahun juga menurut Yuri tidak ada keluhan fisik namun karena biasa beraktivitas ia pun merasa tidak biasa berada di ruangan isolasi.

"Kasus 6 juga kondisinya bagus dan tidak ada keluhan. Dia ini imported case karena penularan terjadi di Kapal Diamond Princess, kita yakini tidak bersumber dari penularan lokal," ungkap Yuri.

Saat ini masih ada lima orang pasien yang sedang diobservasi dan menunggu hasil laboratorium.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement