REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Singapura mengizinkan kapal pesiar Costa Fortuna untuk berlabuh di negaranya. Sebelumnya, kapal pesiar tersebut ditolak berlabuh di Malaysia dan Thailand karena kekhawatiran terhadap wabah virus corona.
Kapal pesiar itu membawa 3.470 penumpang dan 1.027 kru. Sebagian besar merupakan warga negara Italia. Operatur jalur pelayaran Costa Crociere mengatakan tidak ada penumpang maupun kru di dalam kapal pesiar itu yang terdeteksi positif virus corona.
Operator itu mengatakan kapal pesiar Costa Fortuna sebelumya tidak diizinkan memasuki pelabuhan Penang di Malaysia karena ada pembatasan bagi pendatang dari Italia. Hal serupa juga terjadi di Thailand.
"Keputusan itu berdasarkan pada pembatasaan yang saat ini diterapkan oleh pelabuhan, termasuk rencana perjalanan kapal," ujar juru bicara operator pelayaran, Eunice Lee.
Costa Fortuna berangkat dari pelabuhan Singapura pada 3 Maret. Kapal tersebut melakukan perhentian pertama di Langkawi, Malaysia pada pekan lalu. Pelayaran lain yang dijadwalkan berangkat dari Singapura pada 10 Maret akan dibatalkan.
Otoritas Maritim dan Pelabuhan Singapura serta Badan Pariwisata Singapura menyatakan, semua penumpang kapal harus menjalani pemindaian suhu tubuh. Sementara itu, beberapa penumpang lainnya akan melakukan tes swab untuk mengetahui apakah mereka terinfeksi virus corona.
Terminal pelayaran Singapura tetap dibuka untuk pelayaran terjadwal yang keluar dari negara tersebut. Sementara pelayaran tidak terjadwal telah dilarang sejak 24 Februari.
Dalam beberapa pekan terakhir, perjalanan kapal pesiar lain juga terganggu karena kekhawatiran tentang penyebaran virus corona. MS Westerdam, yang dioperasikan oleh Holland America Line milik Carnival Corp, diizinkan untuk berlabuh di Sihanoukville, Kamboja pada pertengahan Februari setelah ditolak di lima pelabuhan lain.
Sedangkan, Diamond Princess, kapal pesiar lain milik Carnival telah dikarantina di lepas pantai Jepang pada Februari. Sejauh ini, Diamond Princess merupakan konsentrasi terbesar virus corona di luar China.