REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Platform jual beli emas digital, Tamasia masih melihat pertumbuhan pembelian emas pada bulan ini meski lebih rendah dari biasanya. Kenaikan harga emas yang cukup drastis membuat pertumbuhan turun dari biasanya 20-30 persen per bulan jadi 10-20 persen.
"Masih ada kenaikan tapi memang turun, karena pengaruh pasar yang wait and see," kata CEO PT Tamasia Global Sharia, Muhammad Assad kepada Republika.co.id, Senin (9/3).
Ia menilai banyak pengguna masih menahan dana, apalagi menjelang bulan Ramadhan. Masyarakat biasanya akan lebih banyak konsumsi daripada investasi. Selain itu, harga emas pun sudah terlanjur tinggi.
Assad menyampaikan harga Rp 850 ribu per gram memang sudah terlampau tinggi. Peningkatannya pun terjadi cukup drastis. Meski untuk sejumlah kalangan, harga tersebut masih bisa dijangkau.
Tingginya permintaan telah membuat harga emas melambung yang didorong oleh ketidakpastian global. Emas sebagai salah satu safe heaven menjadi incaran di tengah merosotnya kinerja instrumen keuangan lain, seperti saham.
Assad memprediksi harga emas masih bisa naik menjadi Rp 900 ribu sampai Rp 1 juta per gram di akhir tahun. Dorongan dari ketidakstabilan ekonomi membuat pembelian emas melalui digital masih meningkat meski mahal.
"Ini tercermin dari penambahan jumlah pengguna, yang download jadi semakin banyak dari biasanya," kata Assad.
Akses digital membuat masyarakat lebih mudah dalam bertransaksi termasuk emas. Assad mengatakan jumlah pengguna yang menjual emasnya pun cukup meningkat. Namun karena investasi emas biasanya untuk jangka panjang, jumlahnya tidak terlalu signifikan. Saat ini jumlah pengguna sekitar 300 ribu akun.
Assad masih yakin pertumbuhan tabungan emas Tamasia masih bisa mencapai 100 persen. Meski biasanya bisa tumbuh hingga 300 persen. Tabungan emas punya porsi lebih besar sebesar 80 persen dari total produk emas Tamasia.