Senin 09 Mar 2020 18:14 WIB

UGM Rebut Tiga Penghargaan Asian Youth Innovation Awards

Kompetisi diikuti ratusan peserta dan menghadirkan 413 inovasi.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Kampus UGM.(Wahyu Suryana.)
Foto: Wahyu Suryana.
Kampus UGM.(Wahyu Suryana.)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Tim Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta berhasil meraih tiga penghargaan dari Asian Youth Innovation Awards (AYIA) Malaysia Technology Expo 2020. Ajang itu berlangsung 20-22 Februari 2020 di Putra World Trade Center (MTE).

Kompetisi diikuti ratusan peserta dan menghadirkan 413 inovasi dari berbagai negara dunia. Dua Tim UGM sukses membawa puang medali emas, medali perak, dan spesial award dari dua kategori perlombaan yang berbeda.

Ada aplikasi promosi UMKM dikembangkan Samuel T M Silitonga (Akuntansi) dan Muhammad Ilham R Karyanto (D3 Ilmu Komputer). Meraih medali emas dari kategori social innovation and enterpreneurial management.

Mengajukan inovasi berupa platform bagi pemberdayaan UMKM di DI Yogyakarta bernama imart (imart.co.id). Selain medali emas, tim mendapatkan Special Awards dari Chinese Innovation and Invention Society (CIIS) Taiwan.

"Aplikasi yang tengah kami kembangkan ini menjadi platform yang diharapkan bisa membantu mempromosikan UMKM di Yogykarta," kata Samuel, Senin (9/3).

Samuel menuturkan, pengembangan aplikasi dilatar belakangi ketidaksetaraan yang masih tinggi di usaha-usaha masyarakat (UMKM) karena minimnya paparan. Terkait pula banyaknya broker komoditas yang memiliki akses distribusi.

Sehingga, lanjut Samuel, mendorong mereka membuat inovasi yang bisa membantu UMKM. Aplikasi dikembangkan dengan banyak fitur seperti pencarian, pemesanan komoditas, sistem pembayaran daring, dasbor UMKM, dan dasbor analisis data.

Kemudian, ada aplikasi rekam medis elektronik yang meraih emas kategori ICT. Dikembangkan Nadya Anggraini (Rekam Medis dan Informasi Kesehatan), Danariyanto (Teknologi Instrumentasi), Ezekiel Prayanta (TI), Ichlasul Amal (TI), dan Mukhamad Burhanudin (Teknik Elektro).

Mereka membawa karya berupa electronic medical record scanner (Elmers) untuk membantu proses perekaman medis tenaga kesehatan di rumah sakit. Ichlasul menuturkan, latar belakang pengembangan itu karena kondisi di Indonesia.

Yang mana, katanya, rekam medis berbasis digital sampai saat ini masih belum dikembangkan di Tanah Air. Dia berpendapat, rekam medis masih dilakukan secara manual menggunakan kertas, bahkan di RS-RS besar di Indonesia.

"Kami mengembangkan elmers agar proses penyalinan rekam medis dari berbasis kertas ke digital bisa dilakukan dengan mudah, cukup dengan sekali capture  dengan kamera," ujar Ichlasul.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement