Senin 09 Mar 2020 18:20 WIB

Dirut AP II Akui Ada Penurunan Penumpang Sejak Isu Corona

AP II menyebut terjadi penurunan penumpang hingga 5 persen pada Februari

Direktur Utama PT Angkasa Pura (AP) II (Persero) Muhammad Awaluddin mengakui adanya penurunan penumpang di Bandara Internasional Soekarno Hatta (Soetta) pasca-merebaknya penyakit saluran pernafasan karena Virus Corona jenis baru (COVID-19).
Foto: Republika/Rahayu Subekti
Direktur Utama PT Angkasa Pura (AP) II (Persero) Muhammad Awaluddin mengakui adanya penurunan penumpang di Bandara Internasional Soekarno Hatta (Soetta) pasca-merebaknya penyakit saluran pernafasan karena Virus Corona jenis baru (COVID-19).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengakui adanya penurunan penumpang di Bandara Internasional Soekarno Hatta (Soetta) pasca-merebaknya penyakit saluran pernafasan karena Virus Corona jenis baru (COVID-19).

"Kita lihat dampaknya ada dari yang kita catat saat Januari penerbangan normal, bahkan pergerakan pesawat tumbuh 3 persen dan pergerakan penumpang juga tumbuh 3 persen, tapi pada Februari dan Maret 2020 beda, pergerakan pesawat turun 6 persen dan penumpang turun sekitar 4 hingga 5 persen," kata Awaluddin di Kantor Presiden Jakarta, Senin (9/3).

Menurut Awaluddin, dampak penyebaran COVID terhadap industri penerbangan nasional pertama terjadi pada 22 Januari 2020 saat kota Wuhan di Provinsi Hubei, China diisolasi. Selanjutnya penurunan kembali menguat per 5 Februari 2020 pukul 00.00 dengan adanya pemberhentian penerbangan operasional sementara dari dan ke daratan China hingga hari ini dan dilanjutkan pada 27 Februari 2020 pemerintah Arab Saudi menghentikan sementara warga asing yang mau umroh dan melakukan perjalanan wisata.

"Bulan Maret terdampak cukup besar, ada kemungkinan total penerbangan terdampak mendekati angka 1.110 penerbangan akan berdampak signifikan terhadap penurunan pergerakan penumpang internasional yang kami perkirakan pada Maret sekitar 9 persen," tambah Awaluddin.

Apalagi Bandara Soekarno Hatta adalah bandara terbesar di Indonesia dengan komposisi penerbangan domestik sebesar 75 persen dan 25 penerbangan internasional, jumlah penumpang setiap hari mencapai 200 ribu orang dan hampir 1.200 penerbangan.

"Kami memperkirakan dampak ke revenue perusahaan karena traffic penerbangan khususnya revenue stream memang ini belum dihitung secara besaran tapi kami mau juga hitung dampak ikutannya, misalnya dari pendapatan tenant, kargo, dan aspek lain yang akan dikalkulasi, tapi kami akan cari alternatif revenue lewat non-aero business kita," ungkap Awaluddin.

Meski terjadi penurunan pemasukan, AP II juga sudah menerapkan scan bagi penumpang internasional yang masuk melalui Bandara Soetta yaitu melalui thermal scanner dan thermal gun.

"Jadi thermal scanner statis terpasang di 4 kamera di kedatangan internasional dan bekerja secara efektif melalui mekanisme pengawasan. Kami juga menambah fasilitas thermal scanner mobile khusus untuk jalur khusus dari 4 negara yang memang perlu pengawasan secara ketat yaitu China, Itala, Iran, dan Korea Selatan," ungkapnya.

Menurut dia, memang penerbangan dari Iran, Italia, dan Korea Selatan masih dibuka.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan pemerintah Indonesia melarang warga negara asing masuk serta transit dari wilayah penyebaran COVID-19 di Iran, Italia dan Korea Selatan yaitu Kota Qom, Teheran, dan Provinsi Gilan di Iran; wilayah Lombardy, Veneto, Emilia-Romagna, Marche, dan Piedmont di Italia; dan wilayah Daegu dan Provinsi Gyeongsang.

"Jadi penerbangannya pun masih ada, Garuda Indonesia dari Korea ke Jakarta atau Jakarta-Korea masih ada, kemudian penerbangan atau maskapai Korea seperti Asiana mereka masih beroperasi, yang kita antisipasi penumpang dan krunya, jadi penumpang atau travelernya yang kita antisipasi yaitu harus memegang health sertificate dari otoritas kesehatan titik berangkat, mereka wajib mengisi 'health alert card' di sini sebagai bagian dari kartu kewaspadaan dan dimonitor oleh Kemenkes melalui kantor kesehatan pelabuhan," ungkap Awaluddin.

Hingga saat ini ada 6 orang Warga Negara Indonesia yang dinyatakan positif COVID-19. Kasus 1 dan kasus 2 diumumkan langsung oleh Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka Jakarta pada 2 Maret 2020. Kasus 1 mengalami kontak langsung dengan warga negara Jepang yang menjadi kasus terkonfirmasi ke-24 di Malaysia. Sedangkan kasus 2, 3, 4 mengalami kontak langsung dari kasus 1.

Kasus 5 adalah hasil pemeriksaan dari klaster Jakarta yaitu sejumlah orang yang ditelusuri relasinya berdasarkan kontak dengan kasus 1. Sedangkan kasus 6 adalah salah satu dari Anak Buah Kapal (ABK) Diamond Princess yang saat ini diisolasi di RS Persahabatan Jakarta.

Hingga Ahad (8/3), Kementerian Kesehatan telah menyelesaikan pemeriksaan 620 spesimen pasien dalam pengawasan (PDP) yang dikirim dari 63 rumah sakit di 25 provinsi. 620 spesimen itu bukanlah jumlah spesimen yang ada, melainkan jumlah spesimen yang sudah diperiksa. PDP yang hasilnya negatif dan sudah dibolehkan pulang, langkah berikutnya adalah melakukan isolasi diri (self isolated).

Hingga Senin (9/3) pagi pukul 08.00 WIB terkonfirmasi di dunia ada 109.965 orang yang terinfeksi Virus Corona dengan 3.824 kematian sedangkan sudah ada 61.941 orang yang dinyatakan sembuh. Kasus di China mencapai 80.735 kasus, di Italia 7.375 kasus, di Korea Selatan 7.313 kasus, di Iran 6.566. Tingkat kematian di Italia menjadi yang paling tinggi di luar China yaitu 366 kematian dibanding kasus yang positif, sementara di China sendiri ada 3.118 orang meninggal dunia karena virus tersebut. Sudah ada 90 negara termasuk Indonesia yang mengonfirmasi kasus positif COVID-19 di negaranya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement