REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRASISCO—Bagi orang-orang yang negaranya terkena wabah virus corona baru, COVID-19, sekotor teknologi telah menjadi sahabat baru, dengan serangkaian solusi gaya hidup baru yang membuat jarak sosial menjadi lebih mudah. Mereka ingin menghindari keramaian, dapat memperoleh makanan yang dikirim dari restoran, menonton film blockbuster, bersosialisasi secara daring dengan teman dan bekerja dari jarak jauh.
Solusi gaya hidup yang terinspirasi oleh teknologi terbaru semakin menarik karena semakin banyak orang disarankan untuk bekerja dari rumah dan banyak konferensi, serta pertemuan dibatalkan. Siapa pun yang memiliki koneksi internet dapat menggunakan Amazon atau e-commerce lainnya untuk mengirimlan bahan makanan, kertas toilet hingga obat-obatan.
“Kita dapat memiliki apa saja dan segala sesuatu dikirim ke rumah kita, termasuk barang keras dan lunak, kunjungan dokter, layanan binatu dan bahkan layanan hewan peliharaan,” kata analis utama strategi dan wawasan Moor, Patrick Moorhead, seperti yang dilansir dari Malay Mail, Senin (9/3).
“Ironinya adalah banyak kritikan terkait teknologi telah menjadi tempat yang ‘aman’ untuk melarikan diri dari virus corona,” ujarnya lagi.
Analis Strategi Kreatif Carolina Milanesi telah memeriksa ibunya setiap hari. Ibu Milanes tinggal dekat dengan Milan, di bagian Italia yang terkena kasus virus corona dan telah berdiam di rumahnya. Layanan panggilan video seperti FaceTime telah membantu.
Ini bisa membantu karena dokter bisa berkunjung secara virtual atau telemedicine. Pasien bisa berkonsultasi dengan dokter secara daring dan menghindari kunjungan ke rumah sakit.
Milanesi bercerita tentang seorang teman yang menggunakan alat belanja daring untuk menemukan persedian yang dinginkan, seperti sabun dan tisu pembersih. Ia juga membagikan klip video berita seseorang di China menggunakan truk yang dikendalikan dari jarak jauh dan dipasangi kamera GoPro untuk mengambil persediaan.
Milanesi mengatakan dalam hal teknologi, ada beberapa hal yang berbeda terkait isolasi menjadi lebih mudah. Yakni dari streaming video ke buku digital, lalu ke gim.
“Kami juga telah melihat bagaimana media sosial telah membantu mendapatkan liputan dari area di mana pers mungkin tidak diizinkan,” ujar Milanesi.
Menurutnya, orang-orang di China, Silicon Valley, Jepang dan Italia semuanya mengadopsi kerja jarak jauh pada berbagai tingkat untuk membatasi penyebaran virus. Ia menunjuk ke layanan aplikasi telekonferensi, seperti Zoom. Orang akan berpikir pada 2020, produktivitas harus diukur dalam output dan bukan dalam jam.
“Pada akhirnya, kerja jarak jauh harus dilihat sebagai aset bisnis setiap saat, bukan hanya ketika kita berada di bawah ancaman pandemi,” katanya.