Senin 09 Mar 2020 19:35 WIB

Melebar, Defisit APBN 2020 Diprediksi Sentuh 2,5 Persen

Pemerintah meyakinkan defisit ditahan tidak tembus 3 persen.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Friska Yolandha
Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 diprediksi akan melebar di rentang 2,2 persen hingga 2,5 persen sepanjang tahun. Angka ini jauh di atas target defisit sebelumnya, sebesar Rp 307,2 triliun atau 1,76 persen dari porsi APBN.
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 diprediksi akan melebar di rentang 2,2 persen hingga 2,5 persen sepanjang tahun. Angka ini jauh di atas target defisit sebelumnya, sebesar Rp 307,2 triliun atau 1,76 persen dari porsi APBN.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 diprediksi akan melebar di rentang 2,2 persen hingga 2,5 persen sepanjang tahun. Angka ini jauh di atas target defisit sebelumnya, sebesar Rp 307,2 triliun atau 1,76 persen dari porsi APBN.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan, pelebaran defisit APBN ini disebabkan berbagai faktor, termasuk tekanan ekonomi global akibat virus korona (Covid-19), anjloknya harga minyak dunia, hingga koreksi tajam di pasar keuangan yang berpotensi merembet ke lembaga keuangan dalam negeri.

"Karenanya, nanti APBN di 2020 memang defisitnya akan meningkat. Saat ini kita mengindikasikan, defisit itu ada di dalam kisaran 2,2 hingga 2,5 (persen). Namun kita akan lihat nanti dari sisi penerimaan maupun dari sisi belanjanya," jelas Sri Mulyani usai menghadiri rapat tertutup dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Senin (9/3).

Sri juga meyakinkan bahwa angka defisit APBN ini akan ditahan untuk tidak tembus 3 persen. Pemerintah juga masih terus memantau imbas pelemahan ekonomi ini terhadap penerimaan perpajakan. Aspek lain yang ikut berfluktuasi adalah nilai tukar rupiah dan harga minyak dunia.

Sri menekankan bahwa pemerintah terus menggunakan instrumen fiskal untuk menopang perekonomian nasional di tahun 2020. Ia menyadari, dinamika ekonomi global berlangsung sangat cepat terlebih sejak awal 2020 lalu. Bahkan harga minyak mentah pun merosot tajam dalam dua hari terakhir.

"Yang kita akan fokuskan tetap akan mencoba merumuskan kebijakan. Karena situasinya masih bergerak terus. Maka yang disebut perumusan stimulus fiskal akan kita design sesuai dengan perkembangan yang ada," jelas Sri.

Menkeu menambahkan, sejumlah stimulus sudah diterbitkan lebih dulu yang diharapkan mendorong industri manufaktur, hotel, hingga restoran dan industri kreatif tetap bertahan. Kendati begitu, ujar Sri, dengan perkembangan yang berlangsung cepat ini pemerintah tetap akan mempertimbangkan berbagai kemungkinan.

"Minggu-minggu ini kan kita masih akan berkoordinasi untuk melihat opsi-opsi stimulus yang tetap di dalam koridor membuat instrumen APBN itu bisa menjadi salah satu penolong perekonomian kita yang sedang dalam kondisi lemah," jelas Sri.

"Yang saya sampaikan tadi itu masih indikasi sangat awal. Apa yang terjadi dari dua bulan pertama ini dengan perubahan yang sangat banyak terutama pada kejadian akibat coronavirus ini," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement