REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pada 10 Maret 1906 bencana nahas menimpa para pekerja tambang di Courrueres, Prancis. Setidaknya lebih dari 1.060 pekerja tewas atas bencana tersebut.
Dilansir History, kebakaran di bawah tanah memicu ledakan besar yang hampir menghancurkan labirin tambang yang begitu luas. Tambang Courrieres Colliery berada Prancis utara. Tambang itu tersusun dengan kompleks di dekat Pegunungan Pas-de-Calais.
Lubang-lubang tambang menembus beberapa kota di daerah itu. Lebih dari 2.000 pria dan anak lelaki bekerja di tambang. Mereka menggali batu bara yang sebagian besar digunakan dalam pembuatan gas.
Sekitar pukul 3.00 dini hari pada 9 Maret, api mulai menyala di 270 meter di bawah tanah yang dikenal sebagai lubang Cecil. Api tidak dapat dipadamkan, sehingga para pekerja memutuskan untuk menutup lubang.
Pagi harinya, terdapat sekitar 1.795 pekerja di dalam terowongan yang mengalami ledakan besar dari arah lubang Cecil. Tak disangka, celah dinding lubang mengundang gas yang mudah terbakar, kemudian ditambah oleh api yang masih menyala. Waktu menunjukkan pukul 7.00 saat puing-puing melayang keluar dari terowongan.
Beberapa orang di permukaan turut terbunuh akibat ledakan. Setelah itu, api berkobar dari setiap lubang tambang sehingga banyak pekerja menderita luka bakar parah. Tim penyelamat tidak dapat menolong mereka yang berada di dalam lubang tambang, sebab api semakin lama semakin berkobar.
Paling nahas, satu regu penyelamat yang terdiri atas 40 orang terbunuh ketika turun untuk membantu para pekerja yang terjebak. Tentara Prancis kemudian dikerahkan dalam menangani ledakan itu yang kian memuncak di luar tambang.
Setelah api padam, mayat-mayat mulai ditemukan. Butuh waktu berminggu-minggu menemukan semua mayat serta mengidentifikasikannya. Pada akhirnya, jumlah korban meninggal dari bencana ini adalah 1.060 penambang, dengan ratusan lainnya menderita luka serius.