REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah daerah (Pemda) di Tembagapura, Papua, diminta berkomunikasi dengan tokoh-tokoh yang disegani di wilayahnya untuk mengatasi kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB). Jika pendekatan lunak tersebut tak bisa membuat KKSB menghentikan pelanggaran hukum maka tindakan tegas akan dilakukan terhadap mereka.
"Pemda juga kita minta untuk berkomunikasi dengan tokoh-tokoh yang disegani di sana. Baik tokoh agama maupun tokoh adat, tokoh pemuda, tokoh wanita, berbicara dengan kelompok-kelompok bersenjata itu," ujar Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Jakarta Pusat, Selasa (10/3).
Tito mengungkapkan, ia pernah melakukan komunikasi serupa itu ketika menjadi kapolda Papua. Dengan pendekatan lunak tersebut, kata dia, KKSB tidak melakukan aksi-aksi kekerasan.
Untuk itu, ia menyebut langkah tersebut tetap dilaksanakan dalam merespons situasi di Tembagapura. "Tapi seandainya soft approach tidak bisa dilaksanakan dan mereka melakukan pelanggaran hukum, apalagi ada yang meninggal segala macam, kita harus bertindak tegas. Tegas. Kita harus tegakkan hukum siapa pun dia, tegas," katanya
Bila perlu, jelas Tito, ia akan meminta kapolri maupun panglima TNI untuk mempertebal satuan tugas mereka yang ada di wilayah tersebut. Menurut Tito, negara tidak boleh kalah oleh kelompok-kelompok yang melakukan pelanggaran hukum.
"Negara tidak boleh kalah oleh kelompok-kelompok yang melakikan pelanggaran hukum apalagi dengan senjata," jelas dia.
Di samping itu, Lembaga Musyawarah Adat Suku Amungme (Lemasa) menyebut pengungsi di Timika, Papua, meninggalkan kampung mereka karena adanya tembak-menembak antara aparat keamanan Indonesia dengan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB). Masyarakat merasa khawatir akan adanya peluru nyasar mengenai mereka.
"Masyarakat merasa khawatir akan peluru nyasar sehingga mereka menghindar dan turun ke Timika," ujar Ketua Lemasa, Odizeus Beanal, melalui keterangan tertulisnya, Senin (9/3).
Ia menjelaskan, masyarakat yang mengungsi ke Timika adalah mereka yang berasal dari kampung Banti I, Banti II, Opitawak, dan Kimbeli. Mereka mengungsi karena adanya kejadian tembak-menembak antara TNI-Polri dan TPNPB di kampung halaman mereka.
"Mereka juga sampaikan bahwa jika kondisi keamanan sudah kondusif mereka akan kembali ke kampung halaman mereka," jelas dia.