REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Akademisi dari Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana, Bali, Prof Dr I Made Supartha Utama, mendukung berbagai kebijakan dan program Kementerian Pertanian (Kementan) selama lima tahun mendatang. Menurut Prof Utama, pencanangan di antaranya Gerakan Tiga Kali Ekspor (Geratieks) dan penguatan data berbasis Agriculture War Room (AWR).
Menurut Prof Utama, kedua program yang digagas Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo itu diharapkan mampu mendorong enterpreneur muda terjun secara langsung dan melipatgandakan lalu lintas ekspor dengan cara kerja yang tidak biasa.
"Saya sangat optimis bahwa eskpor kita bisa meningkat tajam. Namun, saya kira program ini juga harus menjadi perhatian bersama untuk mempercepat mewujudkannya, terutama Geratieks dan AWR harus berjalan secara beriringan," kata dia, Selasa (10/3).
Kelak, menurut dia, pemerintah wajib memperhatikan semua aspek yang berkaitan dengan pembangunan sistem. Langkah ini perlu dilakukan untuk mengkreasikan produk pertanian yang ada di hulu maupun di hilir. Terlebih, pemerintah juga wajib mempelajari dinamika konsumen masyarakat.
"Menurut saya, jika sistem ini sudah terbangun secara benar maka untuk memenuhi kebutuhan ekspor tidak akan sulit. Toh, saat ini kita masih menjadi penyulplai produk pertanian terbesar di dunia," katanya.
Di sisi lain, penerapan program Geratieks juga harus dibarengi dengan tumbuh kembangnya petani muda secara cepat. Hal ini bisa dilakukan melalui program Petani Masuk Sekolah (PMS) sebagai solusi permanen dalam mengatasi minimnya minat anak muda. Karena itu, kelak pemerintah diharapkan membuat pendekatan khusus kepada anak muda untuk meyakinkan mereka tentang bertani pada era 4.0.
"Di Bali, kami memiliki komunitas namanya Petani Muda Keren. Di sini para petani saling memberikan ilmu dengan petani baru dan mengajar anak-anak muda lainya yang tertarik dengan pertanian. Ini sangat luar biasa kerena mereka mampu membangun minat anak muda lainya," tuturnya.