REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Lebih dari 5.000 jamaah asal Mesir terjebak di Arab Saudi setelah sejumlah penerbangan ditangguhkan sebagai bagian dari langkah-langkah melawan virus corona. Anggota Dewan Direksi Mesir dari Komite Perusahaan Pariwisata, Yousry al-Saudy, mengatakan, komite mengadakan pertemuan darurat untuk membahas krisis tersebut.
Kepada surat kabar al-Masry al-Youm, Saudi menyebut dewan sedang dalam sesi menghitung jumlah jamaah secara akurat dan mendiskusikan kepulangan mereka ke Mesir.
"Komite telah berkomunikasi dengan agen-agen tur Saudi dan Kementerian Haji Saudi untuk menemukan cara mengembalikan jamaah kami," ujar Yousry al-Saudy dikutip di Egypt Independent, Selasa (10/3).
Anggota komite, Alaa al-Ghamry, menegaskan kembali pernyataan Saudi bahwa dewan menindaklanjuti perihal status jamaah tersebut. Ia menyebut perusahaan pariwisata mengalami kerugian yang sulit diperkirakan pada saat ini.
Kerugian itu terutama dengan tidak adanya tanggal pasti dari Saudi kapan dapat melanjutkan perjalanan dan program umrah. "Komite ini berfungsi memulihkan dana bagi jamaah setelah Arab Saudi mengumumkan pembatalan ibadah umrah," kata Ghamry.
Arab Saudi menghentikan perjalanan warga negara dan penduduknya ke sembilan negara sebagai bagian dari langkah memperlambat penyebaran virus corona baru. Kementerian Luar Negeri Saudi pada akun Twitter resminya menulis negara-negara yang terkena dampak pembatasan perjalanan kerajaan meliputi UEA, Kuwait, Bahrain, Lebanon, Suriah, Korea Selatan, Mesir, Italia, dan Irak.
Keputusan tersebut termasuk menangguhkan masuk ke Saudi bagi pelancong yang datang dari negara-negara tersebut. Selain itu, keputusan itu berlaku bagi orang-orang yang berada di salah satu negara tersebut selama 14 hari sebelum kedatangan mereka ke Arab Saudi.
Kementerian Luar Negeri Saudi juga mengklarifikasi penangguhan tersebut mencakup penerbangan dan pelayaran maritim antara Arab Saudi dan negara-negara tersebut, tidak termasuk upaya evakuasi, pengiriman, dan perdagangan.