REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam menyentuh peradaban China diawali dengan banyaknya pedagang China yang mengadakan kontak dagang di Arab, Parsi, dan Romawi. Meski demikian, kontak yang paling intens terjadi dengan Kekaisaran Romawi dan Parsi.
Ketika Islam berkembang pesat pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab (634-644) dan Khalifah Usman (644-656), Parsi dan Romawi takluk dalam kekuasaan Islam. Banyak pedagang China yang dalam kontak dagangnya dengan pedagang Parsi dan Romawi kemudian memeluk Islam.
Pedagang-pedagang inilah yang kemudian menyiarkan Islam di China. Masa itu, China dikuasai oleh Dinasti Tang (565-635).
Kepada sang Kaisar, para pedagang Muslim China itu memohon untuk diperbolehkan mendatangkan guru-guru pengajar Alquran dari Parsia. Permohonan mereka kemudian dikabulkan, maka dikirimlah utusan ke Parsia.
Sayangnya, permintaan Kaisar China itu ternyata tidak dapat dikabulkan oleh penguasa Muslim di Parsia, dengan alasan jauhnya negeri China. Hal ini mendorong Kaisar China meminta langsung kepada Khalifah di Madinah.
Utusan ini diterima langsung oleh Khalifah Usman bin Affan yang kemudian menyanggupi mengirimkan guru-guru yang akan mengajarkan Islam ke China. Delegasi Islam pertama dari Madinah ini datang di China pada 25 Agustus 651 M.
Konon, delegasi ini dipimpin langsung oleh sahabat Nabi SAW, Abi Waqqas (Abi Wankesu, dalam bahasa China. Kuburan tokoh yang menjadi salah seorang tenaga pengajar Alquran ini terdapat di Guangzhou dan dikenal dengan sebutan Raudah Abi Waqqas).
Ketika menghadap Kaisar, para utusan Muslim ini menjelaskan berbagai hal tentang Islam. Kaisar pun berkenan dan mempersilakan mereka mengajarkannya kepada bangsa China. Sejak itulah Islam mulai dikenal di negeri yang memiliki luas permukaan tanah mencapai 9,6 juta kilometer persegi dan penduduk lebih dari 1,4 miliar itu.
Menurut Prof. Kon Ghuang Zhi, Guru Besar Sejarah Islam di Universitas Beijing, China, masuknya Islam ke China melewati dua jalur, yaitu darat dan laut. Jalur darat melalui jalan yang biasa disebut Jalur Sutera (Silk Road) mulai dari jazirah Arab-Persia-Afghanistan-sampai ke barat laut China.
Sementara, jalur laut sejak dari Teluk Persia dan laut Arab, Teluk Benggala, Selat Malaka hingga pelabuhan-pelabuhan China seperti Guangzhou, Quanzhou, Hangzhou, dan Yangzhou. Hubungan Kekaisaran China dengan kekhalifahan Islam mengalami zaman terbaiknya pada abad ke-7 dan ke-8.
Para khalifah Islam baik dari masa Khulafa al-Rasyidin maupun Daulah Bani Ummayah pernah mengirimkan 36 utusannya ke China dalam kurun 147 tahun (651-798). Selain utusan resmi, banyak pedagang Muslim dari Arab dan Persia berdagang ke China yang kemudian menikah dengan wanita setempat dan keturunannya kemudian menjadi Muslim.
Pada permulaan abad XIII banyak orang-orang Islam dari Asia Barat dan Asia Tengah yang menjadi tentara kerajaan Mongol pimpinan Jengis Khan. Mereka yang dikenal dengan sebutan bangsa Se Mu inilah yang kemudian membantu Jengis Khan mendirikan Dinasti Yuan (1206-1368) di Negeri China.
Di masa kekuasaan Dinasti Yuan, bangsa Se Mu memiliki kedudukan sosial lebih tinggi dibandingkan bangsa Han, bangsa asli China. Banyak masjid dibangun pada masa dinasti ini dan Islam berkembang pesat di China. Pada masa itu, banyak petinggi negara yang beragama Islam seperti Sayidina Syamsuddin (1211-1279). Salah seorang keturunannya dikenal sebagai Laksamana Zheng Ho, pelaut Muslim terkenal yang mengarungi lautan dunia sebelum Columbus, Vasco da Gama, dan Magelhans.