REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Kota Berlin di Jerman akan menampung sekitar 100 anak yang saat ini terdampar di kamp-kamp pengungsi Yunani. Partai koalisi Kanselir Jerman Angela Merkel sebelumnya mengatakan siap mengambil beberapa ratus anak dari kamp Yunani bersama dengan negara Uni Eropa lainnya.
Senator urusan dalam negeri Jerman asal Berlin, Andreas Geisel, berharap proses pengambilan sekitar 100 anak dari kamp pengungsi Yunani dapat segera dilaksanakan. "Sekarang tergantung pada seberapa cepat pemerintah Jerman mengimplementasikan keputusan ini. Saya pikir hal ini lebih seperti hari ini daripada besok," ujarnya pada Selasa (10/3).
Partai koalisi Angela Merkel telah sepakat untuk mengambil anak-anak berusia di bawah 14 tahun. Mereka pun akan menampung anak yang tak memiliki pendamping atau sebatang kara.
Krisis pengungsi tengah berlangsung di perbatasan Yunani dan Turki. Gelombang migrasi mulai terjadi sejak Turki membuka perbatasannya dan membiarkan para pengungsi Suriah menyeberang ke Eropa.
Pekan lalu pasukan penjaga perbatasan Yunani telah menolak hampir tujuh ribu migran. Jika ditotal sejak 29 Februari, jumlah migran yang telah diusir Yunani mencapai 34.778 orang. Jumlah yang berhasil ditangkap setelah melintas adalah 244 orang.
Menteri Migrasi Yunani Notis Mitarachi mengatakan para migran ilegal yang tiba di negaranya pasca 1 Maret akan dipindahkan ke kota Serres. Dari sana mereka dideportasi kembali ke negara asal. "Tujuan kami adalah mengembalikan mereka ke negara mereka," kata Mitrachi kepada Athena News Agency pada Rabu (4/3) malam.
Para migran yang memasuki pulau-pulau di perairan Yunani sebelum 1 Januari 2019 akan direlokasi ke daratan. Turki dan Yunani pun terlibat aksi saling tuding terkait krisis migran yang terjadi di perbatasan perairan mereka.
Turki menuding Yunani menembak mati seorang migran dan melukai lima lainnya. Tuduhan itu dibantah oleh Yunani. Sedangkan Yunani menuding Turki membantu para migran untuk menyeberang ke wilayahnya secara ilegal. Para migran Suriah mulai berduyun-duyun memasuki Yunani sejak Turki membuka perbatasannya.
Langkah Ankara dinilai mengingkari komitmen yang dibuatnya bersama Uni Eropa pada 2016. Dalam kesepakatan tersebut, Turki bersedia menampung pengungsi Suriah yang ingin menyeberang ke Eropa. Sebagai imbalannya, Uni Eropa memberikan dana bantuan enam miliar euro dan perjalanan bebas visa ke Benua Biru bagi warga Turki.
Namun Turki menganggap dana bantuan yang diberikan Uni Eropa tidak memadai dan tak cukup membiayai kebutuhan para pengungsi. Sejauh ini Turki telah menampung 3,6 juta pengungsi Suriah. Jumlah itu diprediksi akan bertambah karena pertempuran di Provinsi Idlib masih berlangsung.