REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- RS PKU Muhammadiyyah Yogyakarta menggelar simulasi penanganan pasien Covid-19, di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS PKU Muhammadiyyah Yogyakartan, Senin (9/3).
Direktur Utama RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Muhammad Komaruddin menerangkan simulasi ini merupakan bentuk kesiagaan, apabila mendatang pihaknya menemukan pasien suspect corona. "Kita berlatih bila sewaktu-waktu ada kasus seperti ini, maka kita sudah siap, tidak gagu," ujarnya kepada wartawan.
Komaruddin menjelaskan tindakan ini merupakan tindak lanjut dari Intruksi Pimpinan PP Muhammadiyah, bahwa terdapat sebanyak 20 RS Muhammadiyah disiagakan untuk menangani pasien corona. "Juga tindak lanjut dari pelatihan workshop tata laksana bagi pihak klinik, dokter praktik, beberapa waktu yang lalu," jelas Komaruddin.
Komarudin menerangkan bahwa alur simulasi yang dilakukan telah sesuai dengan standar yang ada. "Pasien dengan gejala corona, melakukan pemeriksaan 30 menit sampai dengan 1 jam, untuk mendapat hasilnya," katanya kepada wartawan.
Meskipun begitu, dirinya berharap kejadian kasus corona tidak terjadi di wilayah kota Yogyakarta. Berdasarkan pantauan Republika, alur simulasi yang dilakukan bermula dari adanya pasien melakukan pendaftaran seperti biasanya.
Selanjutnya, di Instalasi Gawat Darurat (IGD), pasien dengan gejala demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, sesak dan kesulitan bernafas terlebih dahulu dibawa keruang isolasi. Setelahnya, akan dilakukan rontgen thorax.
Ketua Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Anang Arliono menjelaskan bahwa tahapan ini dilakukan, guna melihat gambaran terjadinya pnuumonia. Kemudian, melakukan pemeriksaan terhadap pasien bersangkutan, memiliki faktor risiko atau tidak.
Faktor risiko yakni, bila pada diri pasien memiliki riwayat bepergian ke Cina, kontak dengan kasus yang terkonfirmasi nCoV-19, mengunjungi fasilitas kesehatan dimana negara terinfeksi nCoV 19 atau pada hewan penular yang teridentifikasi di negara dengan kasus nCoV 19. Apabila ditemukan salah satu faktor risiko ini saja, maka pasien dalam pengawasan. Selanjutnya, dirujuk ke RS rujukan.
Kendati demikian, bila ditemukan salah satu faktor risiko tanpa adanya pneumonia maka digolongkan sebagai orang dalam pemantauan.