Selasa 10 Mar 2020 19:21 WIB

Tingkatkan Produktivitas Pertanian Dalam Negeri

Dampak perubahan iklim membuat banyak negara mengalami krisis

Dosen Pertanian dari Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB), Harianto mendukung upaya Kementerian Pertanian (Kementan) dalam meningkatkan produksi pertanian melalui gerakan nasional peningkatan produktivitas dan produksi komoditas pertanian 2020.
Foto: istimewa
Dosen Pertanian dari Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB), Harianto mendukung upaya Kementerian Pertanian (Kementan) dalam meningkatkan produksi pertanian melalui gerakan nasional peningkatan produktivitas dan produksi komoditas pertanian 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dosen Pertanian dari Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB), Harianto mendukung upaya Kementerian Pertanian (Kementan) dalam meningkatkan produksi pertanian melalui gerakan nasional peningkatan produktivitas dan produksi komoditas pertanian 2020.

"Saya mendukung peningkatan ini karena kita harus mempertahankan pangan Indonesia dalam menghadapi perubahan iklim dan dinamika ekonomi global yang terjadi saat ini," ujar Harianto dalam Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan di Hotel Bidakara, Selasa (10/3).

Menurut Harianto, langkah tersebut harus disikapi secara serius karena dampak perubahan iklim akan membuat banyak negara krisis serta merasa sulit untuk meningkatkan kualitas produksi pertanian.

"Disatu sisi, hal ini menjadi kesempatan bagus bagi Indonesia karena diuntungkan dengan garis demografis, dimana banyak penerus-penerus petani muda yang akan berdatangan," katanya.

Menurut Harianto, bonus demografi tersebut akan menguntungkan Indonesia karena ada 10 milyar lebih generasi baru tumbuh di seluruh dunia. Karena itu, perubahan ini harus disikapi secara serius dengan kesigapan memperkuat kebutuhan pangan nasional.

Sebagai informasi, intensitas musim kemarau tahun 2019 jauh lebih besar ketimbang musim kemarau di tahun 2018. Musim kemarau tahun lalu lebih banyak dipengaruhi aktivitas Indian Dipole Mode (IOD) dengan posisi positif hampir di sepanjang semester kedua tahun 2019. Selain itu musim kemarau tahun 2019 juga banyak dipengaruhi oleh suhu muka laut di Indonesia bagian selatan yang secara umum lebih dingin dari biasanya.

"Indonesia harus meningkatkan kesiapan dalam menghadapi gejolak tersebut. Saya optimistis kita bisa setara bahkan bisa melewati Singapura untuk kesiagaan ini," tuturnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement