Rabu 11 Mar 2020 16:44 WIB
Pembantaian Umat Islam Eropa

Ratu Isabella di Balik Lenyapnya Islam di Granada

Pembantaian Umat Islam di Granada menyebabkan hampir lenyapnya Muslim di Eropa.

Istana Alhambra, Granada, Spanyol adalah salah satu pencapaian besar arsitektur Islam.(Reuters)
Foto: Reuters
Istana Alhambra, Granada, Spanyol adalah salah satu pencapaian besar arsitektur Islam.(Reuters)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Islam pernah mencatatkan tinta emas selama berabad-abad di Benua Eropa. Tidak hanya sekedar kuantitas penganutnya tapi juga peradaban Islam pernah menorehkan kejayaan di benua biru tersebut. Jejak kegemilangan dan warisan berharga Umat Islam masih bisa ditelusuri hingga sekarang, meskipun tidak sedikit yang telah beralihfungsi. Seperti Masjid Cordoba (Spanyol) peninggalan Dinasti Umayyah yang kini dijadikan Gereja Katedral Katolik (Catedral de Cordoba). Hal itu tidak terlepas akibat pembantaian Umat Islam yang menyebabkan hampir lenyapnya Muslim di Eropa.

Islam masuk ke Eropa pada tahun pada tahun 93 hijriah/711 masehi melalui jalur Afrika Utara di bawah pimpinan Tariq bin Ziyad yang memimpin angkatan perang Islam untuk membuka Andalusia, Spanyol saat ini. Pada masa pemerintahan Bani Umayyah (661-750 M) itulah, kekuasaan khilafah Islamiyyah (lembaga pemerintahan dalam Islam) meluas ke daratan Eropa dengan ditandai pembukaan (penaklukan) Kota Cordoba, Granada, dan mengalahkan kaum kaum Visigoth dengan Toledo sebagai ibu kotanya. Puncaknya, pada masa pemerintahan Abd al Rahman III (912-961 M), Umat Islam berhasil menjadikan kota Cordova sebagai pusat peradaban Islam di dunia.

Sayangnya, keyajaan ini tidak berlangsung lama, kekhilafaan Islam di Eropa, khususnya di Spanyol berangsur-angsur memudar. Awal dari kehancuran dimulai dengan naiknya Hisyam al-Mu'ayyad Billah sebagai khalifah Kordoba tahun 976 masehi ketika masih berusia 11 tahun. Sehingga secara aktul kekuasaan dikendalikan oleh para pejabat, perpecahan pun tidak terelakkan.

Di sisi lain, kerajaan Castila serta Aragon bersatu di bawah kendali Isabel dan Ferdinand. Akibatnya, Umat Islam pun terusir dari Spanyol pada 1492 masehi, dengan Granada sebagai benteng terakhirnya. Namun sebelum peradaban Islam di Eropa benar-benar padam, umat Islam terlebih dulu mengalami pembantain secara keji oleh tentara-tentara Kristen saat itu.

Penaklukan Granada oleh Castilla sebenarnya sudah dimulai sejak abad ke-13, dilatarbelakangi oleh kepentingan politik dan agama serta kebencian terhadap Umat Islam. Ambisi merebut Granada dari Umat Islam dikenal dengan semangat reconquista atau penaklukkan ulang.

Akhirnya Granada dapat ditaklukkan dan Sultan Muhammad As-Shaghir (Baobdil) menyerahkan kunci Istana Al-Hambra kepada Raja Ferdinand dan Ratu Isabella pada 2 January 1492 masehi. Peristiwa itu menandai berakhirnya kekuasaan Islam di Spanyol, dan Baobdil menjadi Sultan Moor (Muslim Spanyol) terakhir di Granada.

Berakhirnya kekuasaan Islam di Eropa, menjadi awal kisah kelam Umat Islam di sana. Awalnya, Raja Ferdinand menjanjikan kebebasan beragama, kaum Muslim dipersilakan mempertahankan agamanya. Sayangnya, janji tersebut hanya tipu muslihat agar Granada bisa jatuh dengan mudah ke tangan mereka.

Justru di tahun yang sama Ferdinand dan Isabella mengeluarkan Dekret Alhambra yang memerintahkan seluruh Yahudi untuk meninggalkan Spanyol. Kemudian, pasukan Kristen memasuki istana Alhambra, dan memasang bendera dan simbol kerajaan Kristen Eropa di dinding istana serta mengibarkan bendera salib.

Selanjutnya pada tahun 1502 umat Islam diberi dua opsi. Pertama, dengan suka rela memeluk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Dengan pilihan sulit tersebut banyak kaum Muslim meninggalkan Spanyol. Karena menetap di Spanyol dengan tetap memeluk agama Islam merupakan hal yang mustahil.

Namun, sebagian Muslim memilih pindah agama secara lahiriyah saja. Artinya tetap beragama Islam secara sembunyi-sembunyi. Mereka inilah yang kemudian dikenal sebagai kaum Moriscos.

Penderitaan Umat Islam pun kembali hadir kaum Moriscos dianggap sebagai sebuah ancaman, yang berujung pada peraturan yang melarang segala hal yang bernuansa Islam, pada tahun 1508-1567 masehi. Bahkan, penggunaan bahasa Arab juga dilarang, anak-anak Umat Islam dipaksa untuk menerima pendidikan dari para pendeta Kristen.

Kemudian pada tahun 1609-1614 Raja Philip III mengusir lebih dari 300.000 Umat Islam. Tetapi Philip III tidak mengizinkan anak-anak berusia di bawah 7 tahun untuk ikut. Ia tidak ingin anak-anak tumbuh menjadi seorang Muslim di kemudian hari.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement