REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada 1965, Zakiah Daradjat memutuskan membuka praktik psikologi di rumahnya di Wisma Sejahtera, Jalan Fatmawati, Cipete, Jakarta Selatan. Profesor perempuan ini pun semakin mengetahui watak berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat.
Namun, dalam menjalankan praktik psikologinya Zakiah tidak memasang tarif, sehingha dia kerap tidak menerima bayaran apa-apa dari kliennya. Walaupun, beberapa pasiennya juga ada yang memberikan bayaran seikhlasnya, termasuk berupa buah-buahan.
Ia dengan tekun mendengarkan keluhan para pasiennya tanpa memandang apakah mereka dari golongan masyarakat mampu atau bukan. ''Seringkali saya tidak menerima bayaran apa-apa, karena memang tujuan saya untuk menolong sesama manusia,'' kata Zakiah.
Selama berpuluh-puluh tahun, Zakiah hampir setiap hari menggeluti berbagai persoalan yang berkaitan dengan remaja. Dia rata-rata menghabiskan waktu dua jam menerima pasiennya yang kebanyakan anak remaja, atau orangtua yang mempunyai masalah dengan anak-anaknya.
Zakiah sangat prihatin dengan banyaknya orangtua yang kurang memperhatikan anak-anaknya. Apalagi, menurut dia, secara tidak sadar banyak orang tua yang ikut memberikan andil dalam menjerumuskan anaknya.
Menurut dia, kebanyakan anak-anak berperilaku nakal karena di rumah kurang mendapat kasih sayang orangtuanya. Karena itu, Zakiah mengaku selalu mengelus dada bila mendengarkan orangtua yang selalu menyalahkan anak-anaknya yang nakal.