REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat pendidikan dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI Pontianak Prof Samion menilai kebijakan Merdeka Belajar episode IV akan efektif dalam meningkatkan kapasitas guru dan kepala sekolah.
"Kebijakan Merdeka Belajar episode IV yang menggandeng organisasi pendidikan, akan efektif dalam meningkatkan kapasitas guru dan kepsek. Ini bukanlah program yang asal-asalan dan tidak efisien," ujar Samion dalam keterangan di Jakarta, Selasa (10/3).
Dari pelatihan yang digelar, kata dia, akan mempunyai target terciptanya kepala sekolah dan guru yang punya keahlian khusus. Hal itu memerlukan pembiayaan tidak sedikit.
Kemendikbud meluncurkan Merdeka Belajar episode IV, yakni mengenai program Organisasi Penggerak yang bertujuan meningkatkan kualitas guru dan kepala sekolah. Program pemberdayaan tersebut melibatkan organisasi secara masif melalui dukungan pemerintah untuk peningkatan kualitas guru dan kepala sekolah berdasarkan model-model pelatihan yang sudah terbukti efektif dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.
Samion juga menyinggung pelaksanaan Forum Organisasi Penggerak yang menggunakan sistem daring. Menurut dia, tujuan dari pertemuan dan realisasi pelaksanaannya yang berpengaruh penting kepada kualitas kepala sekolah dan guru di Indonesia.
"Soal bagaimana proses komunikasinya, apakah bertemu langsung dengan Pak Mendikbud Nadiem Makarim atau hanya melalui telekonferens, itu urusan lain," ujar dia.
Samion mengatakan semangat untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru harus terus dijaga. Jangan sampai gara-gara pertemuan disiarkan secara daring menurunkan semangat organisasi penggerak.
Program Organisasi Penggerak diharapkan membantu menginisiasi Sekolah Penggerak yang idealnya memiliki empat komponen. Pertama, kepala sekolah memahami proses pembelajaran siswa dan mampu mengembangkan kemampuan guru dalam mengajar. Kedua, guru berpihak kepada anak dan mengajar sesuai tahap perkembangan siswa.
Ketiga, siswa menjadi senang belajar, berakhlak mulia, kritis, kreatif, dan kolaboratif (gotong royong). Keempat, terwujudnya Komunitas Penggerak yang terdiri dari orang tua, tokoh, serta organisasi kemasyarakatan yang diharapkan dapat menyokong sekolah meningkatkan kualitas belajar siswa.